Gambar 1. Ilustrasi Zaman Kambrium. Trilobit merayap di permukaan laut. Anomalocaris berenang diatas, predator selama kambrian tengah hingga atas, panjangnya dapat mencapai 45 cm, memiliki mulut yang menyerupai lubang. (http://www.iamwire.com)
Masa Paleozoikum merupakan masa dimana makhluk hidup - makhluk hidup pertama muncul, khususnya pada saat Zaman Kambrium-lah kemudian baru mulai bermunculan fosil-fosil dari makhluk hidup, terutama makhluk hidup bercangkang sehingga kemudian dapat terawetkan menjadi fosil. Salah satu makhluk hidup yang terpenting sebagai penciri Zaman Kambrium adalah Trilobite, salah satu kelompok makhluk hidup dari Kelas Crustacea yang masih berkerabat dengan udang-udangan dan ketam-ketaman. Kelompok ini memiliki tubuh yang ditutupi oleh cangkang berbuku-buku, sehingga dari tiap cangkangnya dapat menjadi fosil dengan bentuk yang unik, terlebih penyebarannya yang luas, sehingga kemudian dapat dikenali dengan mudah dan dapat didapatkan oleh banyak orang. Trilobite ini sendiri pun mengalami perkembangan pada bagian-bagian tubuhnya seiring perkembangan zaman, sehingga pada Zaman Kambrium dapatlah dibagi menjadi tiga bagian kala, yaitu Kambrium Bawah, Tengah, dan Atas yang dapat dikenali berdasarkan bentuk morfologi Trilobite yang menghuninya. Selain Trilobita terdapat kelompok makhluk hidup lainya, yaitu makhluk hidup – makhluk hidup awal yang memiliki cangkang, contohnya seperti Porifera, Brachiopoda ataupun Echinodermata. Salah satu Porifera terkenal pada zaman ini adalah archaeocyathids yang hanya muncul pada Zaman Kambrium, juga dari Echinodermata adalah Cystoidea yang juga hanya muncul pada zaman ini juga.
Kemudian, berlanjut pada Zaman Ordovisium, dimana kemudian munculah untuk pertama kali vertebrata pertama di dunia. Pada Zaman Ordovisium ini masihlah tidak terlalu jelas fosil-fosil dari makhluk-makhluk vertebrata ini, namun masih dapat diidentifikasi akan kemunculan fosil vertebrata ini, yaitu kemunculan ikan pertama di dunia, yakni ikan air tawar dari Ordo Agnatha, ikan tanpa rahang, dengan pada kepalanya terdapat cangkang kuat yang melindunginya. Tentu saja hal ini diperlukan pada perkembangan makhluk ini di awal-awal, dimana pada awal kemunculan makhluk hidup ini haruslah dapat bertahan hidup dari makhluk hidup – makhluk hidup lainnya yang telah berkembang lebih jauh, terutama dari Crustacea yang menghasilkan udang-udangan yang berukuran besar.
Pada Zaman ini, fosil penciri utamanya merupakan makhluk hidup dari filum lainnya, yaitu Graptolit yang merupakan kelompok makhluk hidup dari Filum Coelenterata. Graptolit merupakan binatang yang hidupnya menyerupai koral dengan pori di tubuhnya dan berukuran kecil diliputi oleh zat tanduk. Keberadaannya membentuk koloni yang disebut sebagai Rabdosoma. Walau begitu, makhluk hidup ini hidup secara planktonik dan tersebar secara luas, terutama dia kemudian berangsur menghilang pada akhir silur atas. Dengan adanya makhluk hidup ini, pada Zaman Ordovisium dapatlah dibagi lagi kemudian menjadi beberapa jenjang waktu, sehingga mempermudah pengenalan Zaman Ordovisium di berbagai belahan dunia.
Pada Zaman Silurian kemudian dapat ditemukan dengan jelas dan berlimpah fosil ikan dari Ordo Agnatha ini. Ikan jenis ini merupakan ikan dengan perkembangan paling dasar, dimana kelebihan utamanya dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya di masanya adalah adanya tulang belakang pada badannya, yang masihlah berbentuk sederhana. Dengan kepalanya hanya terdiri dari lengkung-lengkung insang dan selubung otak, tanpa adanya rahang. Terdapat kulit pelindung yang melindungi badan nya. Kulit pelindung itu menyerupai kotak yang kaku yang menutupi kepala dan dadanya, kadang pada ujungnya akan membentuk tanduk yang mengarah ke belakang. Pada ikan jenis ini, masihlah belum terdapat adanya sirip dada, sehingga dalam pergerakannya hanya menggunakan sirip ekor. Tubuhnya masihlah berbentuk pipih, yang mencirikan bahwa cara hidupnya adalah di dasar laut. Kemudian, dengan keadaan mulutnya yang tanpa rahang, membuat ikan ini hanya memiliki mulut yang menyerupai lubang, dan di sisi belakang rongga mulut terdapat lempeng-lempeng tulang yang dapat bergerak yang kemungkinan besar digunakan untuk menyaring makanan dan memamah makanan yang dia hisap kedalam mulutnya.
Gambar 2. Ilustrasi Zaman Devon. Flaco-Dermi memangsa sekor ikan yang dikelilingi Chodrochtyes. (http://img10.deviantart.net)
Kemudian perkembangan ikan ini berlanjut pada Zaman Devon, dimana mulailah muncul ikan dengan rahang dan sirip, yang disebut sebagai Flaco-Dermi. Untuk ikan ini masihlah memiliki lempeng-lempeng tulang yang menyerupai Ordo Agnatha, namun tidak terlalu kaku, dan dapat memudahkannya untuk bergerak, bentuknya menyerupai belah ketupat yang berlempeng-lempeng, mirip seperti sisik, namun terdapat duri, dan ukuranya besar-besar, tidak seperti ikan pada zaman sekarang. Ikan-ikan Flaco-Dermi ini masihlah memiliki bentuk yang pipih, sehingga diperkirakan masih menggunakan cara hidup di dasar laut. Pada kemunculan Flaco-Dermi ini membuat ikan yang sebelumnya duluan ada, yaitu Agnatha menyingkir, karena berhasil tersaingi dalam perebutan makanan, dimana Flaco-Dermi memiliki rahang yang memudahkannya untuk mendapatkan makanan.
Kelompok lainnya yang kemudian muncul adalah ikan-ikan yang hidupnya tidak di dasar laut lagi, yaitu Chodrochtyes (Ikan bertulang rawan) dan Osteichtyes (Ikan bertulang sejati). Ikan bertulang rawan, merupakan ikan yang merupakan kelompok dari ikan yang kini menjadi kerabat Ikan Hiu dan Pari. Bentuk dari rangka ikan ini tidak memiliki banyak perubahan sejak dahulu, dan hanya mengandung sedikit gamping. Salah satu yang terkenal adalah Cladodus, yang memiliki gigi ikan hiu yang khas. Kemudian, untuk Ikan dengan Ordo Osteichtyes merupakan ikan dengan tulang yang sesungguhnya, dengan masih terdapatnya lempeng-lempeng kulit pelindung pada bagian kepalanya, persebaran ikan ini adalah yang paling luas dari dahulu hingga sekarang, yang paling menarik dari kelompok ikan ini adalah Crossopterigii (ikan-ikan bersirip jumbai) dan Dipnoi (Ikan paru-paru).
Gambar 3. Ilustrasi Zaman Karbon. Isthostega di kanan bawah. Rachtomi di tengah. Saymoriamorpha di kiri. (https://www.pinterest.com/bolinger1975)
Perkembangan selanjutnya dari makhluk-makhluk ini, adalah saat banyak terjadinya penyusutan lautan dan terbuka luasnya daratan, pada hal ini adalah pada Zaman Devon atas dan Karbon Bawah, yang kemudian mulai muncul makhluk hidup yang dapat bertahan hidup di daratan, yaitu Kelompok Amfibi. Yang terkenal dari kelompok makhluk jenis ini adalah Isthostega, yaitu amfibi yang masih memiliki beberapa sifat yang menyerupai Crossopterigii, seperti tidak adanya pemisahan yang luas antara lubang-lubang hidung dalam dan luar, terdapatnya preoperculum yang pada ikan digunakan untuk melekatkan tutup insang, gigi labrinthodonta, dan lain-lain. Kelompok amfibi awal-awal ini yang disebut juga sebagai Embolometri, masihlah memiliki anggota badan yang sangat lemah, dan juga tidak sempurna sekali untuk dapat bertahan hidup di darat. Mungkin kemampuannya untuk naik keatas daratan hanya digunakan untuk mengambil beberapa makanan di tepi air.
Perkembangan selanjutnya dari makhluk amfibi tersebut, atau disebut juga Embolometri adalah selama Zaman Karbon hingga Permian, yang menghasilkan kelompok makhluk hidup Rachtomi dan Seymouriamorpha. Rachtomi merupakan amfibi yang berukuran besar, ukurannya dapat sebesar lembu, dengan cara berjalan yang masih menggeser perutnya di atas tanah. Sedangkan pada Seymouriamorpha memiliki banyak sifat yang menyerupai Reptilia, dimana gelang bahu dan gelang panggulnya yang menyerupai reptilian membuatnya tidak perlu menggeser perutnya diatas tanah lagi, namun untuk tengkorak dan cara hidupnya masihlah menyerupai amfibi.
Gambar 4. Ilustrasi Zaman Permian. Edaphosaurus sedang berdiri diatas batang pohon. (https://www.nationalgeographic.com)
Pada perkembangan selanjutnya dari kelompok binatang Amfibi ini adalah kelompok makhluk hidup yang sangat baru kemunculannya di alam, yaitu Kelompok Reptilia, dimana mereka tidak perlu bergantung dengan air dalam cara hidupnya, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang sebelumnya telah ada. Hal yang terpenting dari reptilian ini dibandingkan makhluk hidup sebelumnya adalah kemampuannya untuk dapat bertelur di daratan. Dimana yang membedakan adalah pada telurnya ditutupi oleh amniota, yaitu cangkang gampingan, yang melindungi isi dalam telurnya dari lingkungan daratan.
Perkembangan dari Reptilian selama Zaman Permian sangatlah berkembang dengan pesat, dimana banyak dari kemunculannya yang telah memodifikasi morfologi tubuhnya untuk dapat bertahan di berbagai iklim dan bentang alam yang berbeda-beda, hal ini juga mungkin didukung oleh perkembangan tumbuhan darat yang tersebar secara luas pada Zaman Permian di seluruh permukaan bumi.
Salah satu yang paling menarik dari perkembangan reptilian ini selama Zaman Permian adalah dari kelompok Veranosaurus, yaitu binatang-binatang sederhana yang menyerupai biawak, hidupnya dalam sungai-sungai dan juga kemungkinan besar pemakan daging. Dalam perkembangan selanjutnya dari kelompok ini muncullah kelompok Dimetrodon dan Edaphosaurus, yang mengembangkan tajuk duri dari ruas-ruas tulang belakang yang menjadi sangat panjang, hingga mencapai setengah meter, bahkan dapat semeter, yang kemudian antara duri yang satu dengan yang lain diinterpretasikan dihubungkan oleh kulit, sehingga menyerupai suatu layar, dimana kegunaan layar ini sendiri pun masih banyak diperdebatkan oleh banyak ahli.
Gambar 5. Diagram perkembangan vertebrata sepanjang masa. (http://palaeo.gly.bris.ac.uk)
Dari diagram diatas dapatlah kita mengerti bagaimana perkembangan dari makhluk hidup – makhluk hidup yang baru saja kita bahas, terutama dari kelompok vertebrata, yang dimana pada perkembangannya saling berhubungan, dan kemudian berlanjut hingga masa-masa diatasnya.
Sumber :
Katili, J.A. & Marks, P., 1963. Geologi. Institut Teknologi Bandung Dep. Umum Research Nasional : Jakarta.
Wicander, Reed & Monroe, James S., 2007. Historical Geology :Evolution of Earth and Life Through Time. BROOKS/COLE CENGAGE Learning : United States of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar