Pola Aliran Sungai
Dalam menganalisis pola aliran sungai pada wilayah ini, saya melakukan pengambilan peta pola aliran sungai melalui aplikasi globbar mapper sesuai dengan koordinat yang telah saya tentukan. Hasil peta yang saya dapatkan dari aplikasi tersebut dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Peta pola aliran sungai wilayah selatan Kabupaten Majenang
Dari peta tersebut kita dapat ketahui bahwa terdapat beberapa pola pengaliran yang berbeda, pada daerah timur laut dari peta tersebut kebanyakan didominasi oleh pola pengaliran parallel, terlihat dengan kesejajaran dari tiap anak sungainya yang kemudian yang memperlihatkan adanya kemiringan yag curam, dan kemungkinan besar didominasi oleh batuan homogen yang lebih resisten seperti batuan beku.
Sedangkan pada daerah yang lainnya lebih condong kearah dendritik dengan sangat jarangnya percabangan, sehingga kemungkinan besar pada daerah ini lebih didominasi oleh pedataran, sehingga kemungkinan besar pada daerah yang lainnya ini lebih didominasi oleh batuan homogen yang kurang resisten terhadap erosi, seperti batuan sedimen.
Dapat kita lihat terdapat anomali di beberapa tempat yang kemungkinan besar terjadi akibat adanya kesalahan dari aplikasi globbar mapper tersebut.
Dari pola aliran ini, kemungkinan dari terjadinya banjir ada, pada daerah yang dendritik, dan kemudian pada daerah parallel dapat berpotensi longsor, namun kemudian harus dipertimbangkan aspek-aspek yang lainnya.
Penyebaran Satuan Batuan
Dalam menganalisis peta penyebaran satuan bataun, saya lakukan cropping dari peta geologi lembar Majenang tersebut menggunakan aplikasi Map Info. Hasil dari cropping tersebut sebagai berikut.
Gambar 3. Peta penyebaran satuan batuan wilayah selatan Kabupaten Majenang
Pada peta penyebaran satuan tersebut kita bisa dapatkan beberapa formasi yang mengisi daerah tersebut, juga struktur-struktur yang mempengaruhinya. Pada daerah timur laut kita dapat dapatkan bahwa terdapat Formasi Kumbang yang mendominasi, yang disimbolkan dengan daerah berwarna ungu dengan tulisan Tpk. Formasi Kumbang adalah formasi berumur tersier yang didominasi oleh breksi gunung api andesit dengan struktur masif dan tidak berlapis, terdapat lapisan tuf diatasnya yang berwarna abu-abu dan mengandung konglomerat, memiliki ketebalan mencapai 200 meter.
Kemudian, terdapat Formasi Halang yang kemudian terlihat dikelilingi Formasi Kumbang, formasi ini disimbolkan dengan warna coklat terang dengan tulisan Tmh. Formasi ini adalah formasi berumur tersier yang didominasi oleh batuan sedimen turbidit dengan perlapisannya yang laminasi, flute cast, dll.
Kemudian, terdapat Formasi Tapak yang disimbolkan dengan warna kuning kehijauan dan tulisan Tpt. Formasi ini adalah formasi yang berumur tersier dengan batuan yang didominasi oleh batuan pasir kasar berwarna kehijauan.
Terakhir, terdapat Formasi Endapan Aluvium yang disimbolkan dengan warna putih yang mendominasi kavling ini. Formasi ini berumur kuarter, sehingga masih sangat muda, kemudian untuk litologinya didominasi oleh batuan sedimen, dengan ukuran butir kerikil, pasir hingga lempung berwarna abu-abu, dimana kemungkinan besar lingkungan pengendapannya merupakan daerah dataran banjir dan rawa-rawa.
Disini dapat kita prediksikan pergerakan tanah yang terjadi pada tanah yang berada pada bagian atas batuan-batuan ini. Pada Formasi Kumbang kemungkinan besar tanah yang berada di atasnya akan lebih stabil, karena batuan pada formasi ini lebih resisten terhadap erosi, namun hal ini pun belum tentu benar, karena harus dipertmbangkan aspek kemiringan lerengnya. Kemudian, pada tanah yang berada diatas Formasi Tapak juga cenderung stabil, dilihat dari litologinya, namun pada Formasi Tapak ini banyak sekali sesar-sesar dip-slip yang mempengaruhi sehingga dapat dipertimbangkan dapat juga mengalami pergerakan apabila sesar-sesar tersebut bergerak. Kemudian untuk Formasi Halang kemungkinan besar stabil, dilihat dari litologinya. Sedangkan, formasi Endapan Aluvium kemungkinan besar dapat berpotensi tidak stabil, karena dilihat dari litologinya dan umurnya, namun walau begitu, ini belum mempertimbangkan aspek dari ketinggian ataupun kemiringannya.
Morfografi
Dalam menganalisis aspek morfografinya, saya menggunakan aplikasi globbal mapper untuk kemudian dapat melakukan interpretasi citra sehingga kemudian dapat dianalisis morfologi pada daerah tersebut. Sumber peta yang saya ambil berasal dari SRTM Worldwide Elevation Data. Dari aplikasi tersebut saya dapatkan peta sebagai berikut.
Gambar 4. Digital elevation model wilayah selatan Kabupaten Majenang
Dari sini kita dapat mengetahui ketinggian pada daerah tersebut. Menurut klasifikasi Van Zuidam (1979), pada daerah timur laut yang memiliki ketinggian dari 50-200 yang diwakili oleh warna biru muda hingga hijau termasuk pada topografi agak curam, sehingga pada daerah disini kemungkinan dari terjadinya pergerakan tanah masihlah dapat dibilang stabil, dimana batuan di bawahnya pun sangat resisten, namun ini pun belum mempertimbangkan dari aspek kemiringannya. Kemudian, pada daerah lainnya yang memiliki ketinggian 0-25 yang diwakili dengan warna biru tua hingga biru, termasuk kedalam daerah datar, sehingga pada daerah disini lebih cenderung stabil.
Dari interpretasi citra lainnya yang didapat adalah bahwa pada daerah di timur laut banyak sekali patahan yang terlihat dengan bentuk dari perubahan ketinggiannya yang cukup tegas dan memanjang, sehingga memang sesuai dengan yang diperlihatkan pada peta penyebaran batuan sebelumnya dan kemungkinan besar tanah diatasnya pun akan bergerak apabila sesar-sesar tersebut bergerak.
Morfometri
Dalam menganalisis aspek morfometrinya, saya menggunakan aplikasi globbal mapper untuk kemudian dapat melakukan interpretasi citra sehingga kemudian dapat dianalisis morfpmetri pada daerah tersebut. Sumber peta yang saya ambil sama yaitu berasal dari SRTM Worldwide Elevation Data. Dari aplikasi tersebut saya dapatkan peta sebagai berikut.
Gambar 5. Peta morfometri wilayah selatan Kabupaten Majenang
Dari citra tersebut kita dapat interpretasi kemiringan pada daerah tersebut. Menurut Van Zuidam (1979), pada daerah di timur laut terdapat beberapa daerah yang memiliki kemiringan 12-20 deg, yang ditunjukkan dengan warna kuning hingga jingga, dari sini dapat kita masukkan bahwa daerah ini merupakan daerah bergelombang sedang hingga perbukitan, sehingga untuk tanah kemungkinan besar dapat berpotensi mengalami pergerakan tanah. Sehingga kemudian untuk daerah disekitarnya yang memiliki kemiringan kurang dari 12 deg, termasuk kedalam bergelombang lemah hingga sedang, sehingga pada tanah diatasnya sangat stabil.
KESIMPULAN
Dari berbagai aspek yang telah dianalisis pada peta wilayah selatan Kabupaten Majenang kita kemudian dapat mengetahui bahwa pada daerah di bagian timur laut kerentanan dari tanahnya dapat dimasukkan dalam menengah hingga tinggi, karena walaupun batuan di bawahnya berumur tua dan resisten namun karena kemiringan yang cukup curam dan juga adanya struktur-struktur yang mempengaruhi sehingga keinginan besar bagi tanah-tanah tersebut untuk bergerak dapat dimasukkan dalam menengah hingga tinggi.
Sedangkan untuk daerah lainnya dapat dibilang untuk kerentanan gerakan tanahnya rendah hingga sangat rendah, hal ini karena walaupun batuan di bawahnya sangat tidak resisten dan termasuk muda, namun karena ketinggiannya yang landai dan jarangnya struktur yang mempengaruhi membuat tanah diatasnya stabil.
Zona kerentanan gerakan tanah tersebut dapatlah kita simpulkan pada peta zona kerentanan gerakan tanah dibawah ini. Peta ini didapatkan dengan menyatukan peta kerentanan tanah Kabupaten Cilacap, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Pangandaran, yang didapatkan dari situs vsi.esdm.go.id. Berikut peta yang didapatkan.
Gambar 6. Peta zona kerentanan gerakan tanah wilayah selatan Kabupaten Majenang
Dari pete tersebut zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah disimbolkan oleh warna ungu muda, zona kerentanan tanah renda disimbolkan oleh warna hijau, zona kerentanan tanah menengah disimbolkan oleh warna kuning, dan zona kerentanan tanah tinggi disimbolkan oleh warna merah muda. Sehingga sesauilah kesimpulan yang saya dapatkan dari menganalisis berbagai aspek untuk mendapatkan kerentanan gerakan tanah pada wilayah selatan Kabupaten Majenang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar