Permukaan bumi yang sekarang kita pijak dan kita lihat sekarang ini, bukanlah bentuk bumi pada awalnya. Ilmuwan percaya dengan teori yang mereka pikirkan bahwa bumi pada awalnya adalah benda di alam semesta yang berpijar kemudian mendingin. Pada proses mendingin itu membuatnya mengeras dan menjadi lapisan terluar yang sering kita sebut kulit bumi atau kerak bumi yang sekarang dapat kita lihat sekarang ini.
Pada saat bumi terbentuk awalnya dipercaya hanya terdapat satu benua besar (super kontinental) yang disebut Pangea, dari perhitungan pergerakan lempeng bumi yang sekarang, dengan memprediksi pergerakannya di masa lalu, diyakini bahwa supercontinental ini retak-retak dan pecah menjadi tiga bagian, yaitu eropa-asia, amerika-afrika dan Australia-antartika. Kemudian amerika-afrika dan Australia-antartika pecah seperti keadaan sekarang.
Proses Terbentuknya Benua
Benua adalah daratan yang luas sehingga bagian tengah benua tersebut tidak mendapat pengaruh angin laut sama sekali. Di Bumi ini ada 6 benua (panca benua), 5 diantaranya dihuni oleh manusia yaitu benua asia, Australia, afrika, eropa, amerika, dan salah satunya lagi merupakan gurun es yang tidak dapat dihuni manusia yaitu Antartika.
Luas enam benua di permukaan bumi dapat dilihat di tabel berikut:
Pada saat bumi ini mendingin, yang terlebih dahulu mendingin adalah bagian luarnya, maka terbentuklah kerak keras yang kita sebut kulit bumi atau litosfer. Pada mulanya litosfer ini sangat labil, maksudnya dalam proses kondensasi yang terus berlangsung itu bumi juga bergerak mengadakan rotasi sehingga kulit yang baru terbentuk retak-retak dan bergeser saling menjauh. Karena kulit yang sudah keras itu mengapung pada bagian bumi sebelah dalamnya yang diperkirakan masih dalam keadaan lumer. Pergeseran itu dapat secara vertikal atau secara horizontal. Menurut teori WEGENER bahwa 150 juta tahun yang lalu di bumi ini hanya terdapat satu benua yang sangat besar kemudian retak dan bergeser saling menjauhi satu dengan yang lainnya. Akibat pergeseran itu terbentuklah benua-benua yang kita ketahui sekarang.
Adapun daerah-daerah yang tertinggalkan melahirkan punggungan lempeng samudera baru. Teori ini didukung oleh kenyataan sebagai berikut : sepanjang timur dari amerika selatan mempunyai bentuk yang hampir sama dengan lekukan benua afrika sebelah timur. Lekukan bagian selatan dari benua Australia cocok bentuk dan besarnya dengan tonjolan benua Antartika. Demikian pula semenanjung India dan pulau Madagaskar cocok dengan teluk yang terbentuk antara Afrika dengan Antartika. Bukan hanya cocok dipandang dari segi geografik tetapi ternyata cocok pula ditinjau dari geologi, yaitu jenis maupun umur batuan kira-kira yang sama. Peristiwa tersebut berlangsung jutaan tahun lamanya. 25 juta tahun lalu hanya terdapat satu benua yang disebut “supercontinental” 200 juta tahun yang lalu, mulai pecah menjadi tiga bagian yaitu benua Eropa-Asia,benua Afrika, Amerika dan benua Antartika-australia. 135 juta tahun yang lalu Afrika dan amerika mulai berpisah. Dan 65 juta tahun yang lalu Australia mulai berpisah dengan Antartika. Sekarang pergeseran itu pun masih berlangsung. Seperti telah diungkapkan dalam uraian terdahulu bahwa pergeseran itu dapat juga bersifat vertikal (geoinklinal). Contoh dari peristiwa ini adalah terbentuknya gunung Himalaya yang menjulang tinggi dan bersamaan dengan itu terbentuk samudera Hindia (Indonesia) yang dalam.
2. Proses Terbentuknya Samudera
Sampai sekarang, asal usul air laut tidak diketahui dengan pasti. Salah satu hipotesis yang banyak diterima adalah bahwa air laut berasal dari aktivitas vulkanisme. Hipotesis tersebut dibuat berdasarkan fakta saat ini yang menunjukkan bahwa aktivitas vulkanisme mengeluarkan banyak uap air, di samping gas nitrogen dan karbon dioksida. Namun akhir-akhir ini ditemukan teori jug bahwa air laut bukan berasal dari bumi, namun itu dibawa oleh benda asing di luar angkasa, diperkirakan bahwa air laut dibawa oleh komet yang menghantam bumi, diperkirakan bahwa komet itu adalah batu es raksasa. Hipotesis ini diperkuat dengan ditemukannya Komet Churry yang memiliki susunan air yang sama dengan air dilautan Bumi.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu mendapat jawaban adalah tentang asal usul cekungan samudera. Tentang bagaimana cekungan samudera dapat terbentuk?. Berbagai hipotesa dan teori telah muncul dalam upaya mencari jawaban atas pertanyaan itu. Saat ini, teori yang diterima oleh banyak ahli adalah Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic Theory). Teori ini adalah teori yang didukung oleh sangat banyak data dan fakta. Namun ada juga teori yang mengatakan bahwa Samudera Pasific lahir bukan karena teori tektonik lempeng, namun dikatakan bahwa dia lahir bersamaan dengan saat Bulan terpisah dari Bumi, hal ini diperkuat dengan ditemukannya bahwa batuan bulan memiliki komposisi yang sama dengan batuan di dasar Samudera Pasifik.
Beberapa Fakta Tentang Bumi dan Laut
Berbicara tentang asal usul Cekungan samudera, beberapa fakta berikut ini perlu mendapat perhatian di awal pembicaraan sebelum melangkah lebih jauh sampai kepada teori pembentukannya.
Fakta-fakta tersebut adalah:
Bumi berumur kira-kira 4,6 miliar tahun yang lalu, sedang bukti-bukti pertama tentang adanya laut muncul dari sekitar 3,8 – 3 miliar tahun yang lalu.
Bukti-bukti tertua tentang adanya samudra ditemukan di benua, bukan di samudera.
Batuan yang tertua di laut hanya berumur 70 juta tahun.
Serangkaian fakta tersebut memunculkan pertanyaan berikut: “Bagaimana mungkin cekungan samudera yang lebih muda dapat menampung samudera yang lebih tua?”. Namun semua itu dapat dijawab dengan adanya teori tektonik lempeng, ari teori tersebut dikatakan bahwa lempeng samudera terus mengalami pengeremajaan, hal itu dikarenakan saat ada lempeng yang mendekat maka lempeng samudera tersebut akan menunjam ke bawah sehingga mengalami peleburan akhirnya, lalu saat ada lempeng yang menjauh maka akan lahir punggungan samudra yang baru untuk mengisi kekosongan tempat yang ditinggalkan.
3. Pembentukan Relief Bumi
Berbagai teori telah dikemukakan para pakar untuk meyakinkan bahwa bumi ini selalu mengalami proses, namun banyak orang yang menyangsikan kebenarannya. Barulah setelah tahun 1960 an terjadi revolusi pemikiran yang menguatkan pendapat bahwa bumi dalam keadaan labil dengan bukti-bukti yang dapat dipercaya.
a.Teori kontraksi oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852), mereka berpendapat bahwa kulit bumi mengalami pengerutan, karena bagian dalamnya mengalami pendinginan. Dengan demikian maka permukaan bumi menjadi tidak rata (keriput).
b.Teori Laurasia–Gondwana oleh Eduard Zuess (1884) dan Frank B.Taylor (1910). Mereka berpendapat bahwa di kedua kutub bumi masing-masing terdapat benua, di utara ada benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak ke arah ekuator secara perlahan dan berbenturan, mengakibatkannya pecah-pecah dan membentuk seperti sekarang ini, ada gerakan vertikal ke atas membentuk pegunungan dan ada gerakan vertikal ke bawah membentuk lembah-lembah.
c. Teori pergeseran benua oleh Alfred Wegener (1915). Dalam teorinya Wegener mengemukakan bahwa di bumi ini pada awalnya hanya ada satu benua, yaitu Pangeae. Akibat gerak sentrifugal saat bumi berotasi, benua tersebut menjadi retak-retak dan gerakannya makin lama makin lebar dan akhirnya pecah seperti bentuk sekarang ini.
d. Teori Konveksi oleh Harry H. Hess (1962). Dalam teorinya mengemukakan bahwa ada aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi yang menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak dan permukaan bumi menjadi tidak rata.
e. Teori Pergeseran Dasar Laut oleh Robert Diesz. Dalam teorinya mengemukakan bahwa terjadi pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut kedua sisinya, makin jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Hal ini berarti arahnya dari punggungan dasar laut. Contohnya, punggungan dasar laut tersebut adalah Mid-Atlantic Ridge.
f. Teori Lempeng Tektonik Oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967). Mereka mengatakan bahwa lapisan batuan (litosfer) mengapung diatas lapisan astenosfer. Lempeng-lempeng besar dibagi-bagi lagi atas beberapa lempeng yang kecil. Pergerakan dua lempeng tektonik ada beberapa kemungkinan (1) kecepatan sama tinggi, (2) kecepatan tinggi dan yang satu lambat, dan (3) sama-sama rendah. Akibat dari keragaman pergerakan, maka akan menimbulkan bentukan permukaan bumi yang berbeda-beda.
Gaya tektonik yang bekerja dari dalam bumi menyebabkan pengaruh yang nyata di permukaan bumi. Secara garis besar, gaya tektonik dibedakan atas tektonik epirogenesa dan tektonik orogenesa. Tektonik epirogenesa adalah suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang luas. Bila gerakannya merupakan penurunan disebut epirogenesa positif, sedangkan bila gerakannya merupakan pengangkatan disebut epirogenesa negatif. Tektonik orogenesa adalah suatu gerakan vertikal yang meliputi daerah yang sempit. Gerakan ini akan membentuk pegunungan.
Disamping gerakan-gerakan tersebut diatas, ada gerakan lainnya yang disebut pelengkungan (warping), lipatan (fold), retakan (joint) dan patahan (fault). Gerakan vertikal yang tidak merata di suatu daerah batuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula relative horizontal menjadi melengkung ke bawah menghasilkan bentuk cekungan (basin), yang melengkung ke atas menghasilkan bentuk kubah (dome). Gerakan vertikal semacam ini disebut warping.
Struktur batuan akan mengalami perlipatan (fold) bila mendapatkan tekanan yang lemah tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan, sehingga masih dapat dinetralisir oleh keelastisan batuan. Bagian puncak lipatan kecil-kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan utama disebut antiklinorium dan lembahnya disebut antiklinal dan sinklinal.
Struktur yang terbentuk karena pengaruh gaya regangan, adalah batuan yang retak-retak namun masih bersambung. Jadi gayanya tegak lurus pada bidang permukaan retakan, mengarah ke kedua arah yang berlawanan. Biasanya terjadi pada batuan yang rapuh sehingga dengan tenaga kecil saja sudah membuatnya retak-retak (joint).
Patahan (fault) terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat serta melampaui titik patah batuan. Batuan tidak hanya retak-retak, tetapi sudah terpisah satu sama lain. Daerah sepanjang patahan umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran batuan.
Beberapa istilah sehubungan dengan bentukan patahan antara lain :
Graben (slenk), merupakan tanah turun yang terbentuk antara dua patahan blok batuan di tengah kedua patahan mengalami penurunan.
Horst, berupa tanah naik yang terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah kedua patahan mengalami pengangkatan.
Fault Scarp (cliff), dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan dimana salah satu blok bergeser ke atas/ bawah , menjadi lebih tinggi/rendah. Sering kali fault scarp tidak tampak lagi, karena telah mengalami erosi.
Tenaga Endogen dan Eksogen
Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisme atau gempa.
Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan pada kulit bumi dan batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang mempengaruhinya, tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa dan epirogenesa.
Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yang relatif cepat dan meliputi daerah yang relatif sempit. Gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan. Contohnya terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik. Sedangkan gerak epirogenesa adalah kebalikan dari gerak orogenesa. Gerakan ini sangat lambat, dan meliputi areal yang sangat luas.
Bila permukaaan bumi bergerak turun, sehingga permukaan laut tampak seolah-olah naik, maka gerak epirogenesa disebut gerak epirogenesa positif. Contohnya terjadi di pantai Timur dan pantai Skandinavia. Sebaliknya gerak epirogenesa negatif terjadi apabila permukaan bumi naik, sehingga tampak seolah-olah permukaan air laut turun. Contohnya terjadi di teluk Hudson.
Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua gejala yang terjadi akibat adanya aktivitas magma. Bagaimana terjadinya vulkanisme? Vulkanisme sebenarnya merupakan akibat dari kegiatan tektonisme. Kegiatan tektonisme ini akan mengakibatkan retakan-retakan pada permukaan bumi yang menyebabkan aliran lava dari bagian dalam litosfer ke lapisan atasnya bahkan sampai ke permukaan bumi. Kegiatan magma itulah yang dinamakan vulkanisme. Hasilnya dapat dilihat pada gunung berapi.
Seisme (gempa)
Gempa bumi bisa terjadi siang atau malam hari, dan bisa menimbulkan petaka yang hebat, misalnya menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, banjir, gelombang pasang, bahkan bisa menelan korban jiwa.Sesungguhnya gempa terjadi akibat getaran bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Bagaimana getaran itu terjadi? Kerak bumi ini merupakan lempengan yang kaku. Di daerah yang labil, lapisan litosfer ini mengalami perubahan letak. Misalnya di satu bagian terangkat ke atas, sedangkan di bagian sebelahnya menurun atau bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada perbatasan antara dua bagian yang bergeser ini menimbulkan ketegangan yang lama-kelamaan akan patah secara mendadak. Patahan yang mendadak itulah yang menimbulkan getaran gempa.
Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan:
Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang terkuat dan bisa meliputi wilayah yang luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik yaitu patahan atau retakan.
Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi, sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik.
Gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua yang terdapat di dalam litosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang. Gempa ini relative lemah dan hanya terasa di sekitar tempat runtuhan terjadi.
Masih banyak penggolongan jenis gempa. Misalnya berdasarkan bentuk episentrumnya, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gempa linier dan gempa sentral. Gempa linier yaitu episentrumnya berupa garis. Sedangkan gempa sentral yaitu episentrumnya berbentuk suatu titik.
Berdasarkan letak kedalamannya hiposentrum dibedakan menjadi 3 macam gempa, yaitu gempa dalam, gempa intermedier (menengah), dan gempa dangkal. Berdasarkan jarak episentrumnya, gempa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu gempa setempat, gempa jauh,dan gempa sangat jauh. Berdasarkan hiposenternya, gempa dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat.
. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah kebalikan dari tenaga endogen, yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:
Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin
Air, yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser dan sebagainya.
Organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Gunung
Gunung adalah bentuk muka bumi yang berbentuk kerucut atau kubah yang berdiri sendiri. Pada beberapa gunung ditemukan juga yang tersambung dengan gunung lainnya, namun bentuk terpisahnya masih jelas.
Bentuk gunung menjulang tinggi, yang berguna sebagai penahan awan. Akibatnya daerah yang ada di bawah gunung bisa sering terjadi hujan. Adanya hujan ini bisa menumbuhkan hutan. Hutan dapat berfungsi menyimpan air, akibatnya disekitar hutan sering ditemukan mata air dan sungai-sungai yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup.
Pegunungan
Pegunungan terbentuk pada waktu terjadinya gerak kerak bumi yang dalam dan luas. Karena itu daerah pegunungan biasanya relatif luas. Secara sederhana dapat kita bedakan pegunungan tua dan pegunungan muda. Pegunungan tua merupakan pegunungan yang relatif rendah dengan puncaknya yang relatif tumpul dan lerengnya landai. Misalnya pegunungan Skandinavia dan Pegunungan Australia Timur yang terbentuk pada zaman Primer (Paleozoikum). Sedangkan pegunungan muda pada umumnya tinggi dengan puncaknya yang runcing dan lerengnya relatif curam. Pegunungan lipatan yang paling muda adalah hasil pengangkatan zaman tersier, misalnya Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik.
- Pegunungan lipatan
Pegunungan lipatan disebabkan oleh terlipatnya lapisan (strata) sedimen yang besar karena tekanan dari dalam bumi. Akibat proses pelipatan ini, lebar lapisan sedimen menciut, sedangkan tebalnya bertambah. Lapisan sedimen yang terlipat itu disebut lipatan atas atau disebut juga antiklinal. Sedangkan lapisan sedimen yang terlipat ke bawah dinamakan lipatan bawah atau sinklinal.
- Pegunungan oleh pengangkatan kerak bumi
Ada pegunungan yang disebabkan oleh pengangkatan kerak bumi. Pengangkatan kerak bumi ini khususnya sepanjang garis sesar atau garis retakan. Oleh karena itu, gunung ini disebut gunung bungkah atau horst.
- Pegunungan sisa
Pegunungan ini terjadi apabila pegunungan yang terkikis oleh denudasi dalam jangka waktu yang lama. Gunung semacam ini sering juga disebut gunung denudasi atau gunung relik. Denudasi adalah peristiwa terbukanya atau terkelupasnya batuan asli pada pelapukannya.
Dataran Tinggi
Dataran luas yang letaknya di daerah tinggi atau pegunungan disebut dataran tinggi. Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Dataran tinggi dinamakan juga plato (plateau), misalnya dataran tinggi Dekkan, dataran tinggi Gayo, dataran tinggi Dieng, dataran tinggi Malang, atau dataran tinggi Alas. Dataran tinggi bisa juga terjadi oleh bekas Kaldera luas, yang tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Misalnya dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah) yang diduga oleh proses seperti itu.
Dataran Rendah
Dataran rendah adalah tanah yang keadaannya relatif datar dan luas sampai ketinggian sekitar 200 m dari permukaan laut. Tanah ini biasanya ditemukan di sekitar pantai, tetapi ada juga yang terletak di pedalaman. Di Indonesia banyak dijumpai dataran rendah, misalnya pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa Barat, pantai selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian barat, dan lain-lain. Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi. Di Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini disebut dataran alluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.
Lembah
Lembah adalah daerah rendah yang terletak diantara dua pegunungan atau dua gunung. Lembah juga merupakan daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di sekitar pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan
Bentuk Muka Bumi di Lautan
Relief dasar laut tidak begitu besar variasinya dibandingkan dengan relief daratan. Hal ini disebabkan karena lemahnya erosi dan sedimentasi. Relief dasar laut terdiri dari bentukan-bentukan berupa:
Palung atau trog adalah daerah ingressi laut yang bentuknya memanjang. Contohnya, Palung Mindanau (10.830meter), Palung Sunda (7.450meter), dan sebagainya.
Lubuk laut atau “basin” terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda, dan sebagainya.
Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung laut muncul tinggi di atas laut. Contohnya, gunung Krakatau, Maona Loa di Hawaii.
Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contohnya, punggung laut Sibolga.
Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian laut atau dua laut yang dalam. Contohnya, Ambang Laut Sulu, Ambang Laut Sulawesi, Ambang Laut Gibraltar, dan sebagainya.
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1) Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan benua. Di Dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf merupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2) Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3) Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
4) The Deeps
The deeps merupakan kebalikan dari deep sea plain. Hanya sebagian kecil
Dasar lautan sebagai the deeps. The deeps permukaan laut adalah dasar laut dengan ciri adanya palung laut (trog) dan mencapai kedalaman yang besar, misalnya di Samudera Pasifik mencapai kedalaman 75.000m.
Vulkanisme
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat didalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yang terlarut didalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi badan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
Jika gerakan magma tetap dibawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.
Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu:
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk didalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
Lakolit adalah magma yang menyusup diantara lapisan batuan, yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup diantara lapisan batuan.
Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellowstone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000km persegi.
Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesuvius, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu:
Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di kepulauan Hawaii.
Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan relatif sedikit. Karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yang kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Misalnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis.
Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini disebabkan lerengnya berlapis-lapis dan terdiri bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak ditemukan didunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
(Atuan & Batubara, 2010)(Lempeng & Batuan, 1830)(Kenzie, 1967)(Tektonisme, n.d.)(Siddiq, n.d.)
Atuan, B., & Batubara, M. D. a N. (2010). Handouts Geologi Lingkungan ( GG405 ) Disusun Oleh :
Kenzie, M. (1967). Tektonik Lempeng By : Asri Oktaviani By : Asri Oktaviani.
Lempeng, T., & Batuan, D. A. N. (1830). Ringkasan materi tektonik lempeng dan batuan.
Siddiq, F. (n.d.). Terbentuknya Cekungan Samudra dan Asal Mula Air di Bumi Teori Tektonik Lempeng Tiga jenis batas lempeng Lempeng Tektonik Dunia, (Gambar 12).
Tektonisme, T. (n.d.). Tenaga endogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar