Guha Pawon adalah situs purbakala yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Memiliki panjang 38 m dan lebar 16 m, sedang tingginya tidak dapat diketahui secara pasti karena bagian atap Guha sudah runtuh. Lantai Guha hanya tersisa sebagian kecil di sisi barat karena sudah digali oleh masyarakat setempat untuk pengambilan fosfat dengan kedalaman 4-5 m. Sedangkan lantai bagian tengah tertimbun oleh bongkahan runtuhan atap, sebagian besar sudah tererosi, sehingga membentuk lereng yang cukup terjal. Nama Guha Pawon sendiri berasal dari bahasa sunda yaitu “Guha” yang artinya gua dan “Pawon” yang artinya dapur, karena di gua ini ditemukan artefak perkakas-perkakas dapur.
Menelik kebelakang, terdapat dua sejarah penting yang dapat diambil dari situs Guha Pawon ini. Yang pertama adalah mengenai proses terbentuknya Guha Pawon dan yang kedua adalah mengenai sejarah kehidupan manusia purba di Guha Pawon itu sendiri.
Berdasarkan hasil survey G.H.R. Von Koeningswald dan A.C. De Yong yang dilakukan dari tahun 1930 hingga 1935 Guha Pawon pada awalnya terbentuk di bawah laut Danau Bandung Purba yang berupa susunan koral-koral yang sangat luas, susunan koral-koral tersebut mengalami litifikasi bersama fosil cangkang hewan laut lainnya sehingga membentuk formasi endapan batu gamping yang kini disebut formasi Rajamandala. Terjadi penurunan muka air laut juga pengangkatan dan perlipatan sehingga formasi batu gamping ini tersingkap ke permukaan. Guha Pawon berada di kedalaman yang cukup dalam pada awalnya sehingga saat tersingkap lokasinya menjadi berada di pesisiran yaitu di tepi Danau Bandung Purba. Pada awalnya Guha tersebut hanyalah berupa singkapan batu gamping, namun kemudian terjadi pelarutan beribu-ribu tahun oleh air hujan, sehingga menyebabkan terbentuknya ruang kosong di dalam batu gamping tersebut, juga pengkristalan stalaktit dan stalagmit sehingga akhirnya terbentuklah Guha Pawon yang ada sekarang. Kini Guha Pawon memiliki berada di ketinggian 601 mdpl.
Penelitian mengenai Manusia Guha Pawon berawal dari ketertarikan ahli Arkeologi Lutfi Yondri mengenai teori hunian gua, dimana gua pada zaman dahulu digunakan sebagai lokasi hunian, penguburan ataupun keduanya. Maka oleh itu dilakukan riset mengenai kemungkinan Guha Pawon ini yang pada dahulunya dijadikan lokasi hunian ataupun penguburan manusia purba. Dari hasil pengulikan didapati cangkang-cangkang kerang, gigi ikan hiu dan tulang belulang yang terkubur di bawah lubang cerobong, yaitu atap Guha yang telah roboh dan kini terbuka atapnya, setelah dilakukan penelitian disana bahwa tulang dan cangkang tersebut tidak dapat terjadi secara alami berada disana, maka dapat disimpulkan bahwa tulang, gigi ikan hiu dan cangkang tersebut akibat ulah manusia. Dilakukan penggalian lebih dalam dan didapatkan temuan-temuan baru disana, salah satu yang terpenting adalah bekas buah kemiri yang masih dapat diidentifikasi. Para peneliti memprediksi buah kemiri tersebut digunakan manusia purba untuk memberi rasa pada makanan mereka, tulang belulang yang terdapat disana juga bukan sekedar sampah namun juga digunakan manusia purba sebagai peralatan makan, terutama saat makan kerang-kerangan, para peneliti juga memprediksi bahwa manusia purba di Guha Pawon ini sudah mengetahui sistem barter, karena terdapat kerang-kerang dan gigi ikan hiu yang sudah dilobangi, yang diprediksi digunakan manusia purba pada zaman dahulu sebagai alat penukaran. Maka, dapat diprediksi bahwa manusia purba yang hidup di Guha Pawon ini sudah memiliki kebudayaan yang cukup pintar dan hidup dalam suatu masyarakat manusia purba di daerah Pasir Pawon, hidupnya terbagi dua antara berburu di laut atau di hutan.
Lalu kemudian di lokasi lain di Guha Pawon ini ditemukan artefak-artefak perkakas berburu dan peralatan dapur yang terbuat dari batu obsidian, dari ilmu kegeologian diketahui bahwa tidak terdapat lokasi sumber obsidian di sekitar wilayah tersebut, setelah dikaji dapat diketahui bahwa obsidian tersebut sangat mirip dengan obsidian yang berada di Garut, maka dapat diprediksi bahwa manusia purba ini merupakan manusia purba yang berasal dari Garut, melihat lokasi Guha Pawon yang dahulunya merupakan tepi Danau Bandung Purba maka diprediksi manusia purba tersebut datang dengan cara melaut hingga akhirnya terdampar dan memutusakan menghuni Guha Pawon tersebut .
Dengan kegigihan dan keberuntungan akhirnya Manusia Guha Pawon berhasil ditemukan tim arkeologi dari balai Arkeologi Bandung setelah melakukan penggalian yang menghabiskan waktu selama sepuluh hari, (10-19 juli 2003) pada lubang berukuran 2 x 2 meter persegi dengan kedalaman 140 sentimeter, di salah satu lokasi Guha Pawon tersebut. Berdasarkan temuan peneliti para ahli, ciri fisik manusia Guha pawon ini terutama tengkorak kepala manusia, dipastikan termasuk ras Mongoloid dan termasuk jenis Homo Erectus. Analisa umur yang dilakukan berdasarkan perhitungan karbon (carbon dating), “Manusia Guha Pawon” ini hidup antara rentang waktu tahun 5600 – 9500 yang lalu. Hingga kemarin tanggal 15 Maret 2017, sudah didapati tujuh rangka manusia prasejarah dari tujuh individu. Rangka-rangka itu ialah tulang tengkorak, tulang tengkorak bagian belakang, tulang rahang atas, tulang rahang bawah, serta empat rangka yang terkubur dengan posisi terlipat dalam keadaan tulang yang rapuh. Dari semuanya hanya terdapat dua rangka yang dapat kami lihat tanggal 18 Desember 2017 kemarin dengan posisi terlipat di atas sebuah kotak dan dengan beberapa artefak di sebelah tempat dia terkubur, namun sebenarnya itu pun hanya replika, karena yang asli disimpan di balai Arkeologi Bandung. Dari keadaan ditemukannya fosil tersebut, dapat diperkirakan bahwa manusia purba tersebut sudah mengerti budaya penguburan dan menghormati orang yang mati.
Rujukan:
Redaksi. 2016. Napak Tilas Kehidupan Manusia Purba di Gua Pawon. http://padmagz.com/napak-tilas-kehidupan-manusia-purba-di-gua-pawon/. Terakhir diakses pada tanggal 24 Desember 2017 pukul 15.30 WIB.
Husodo, Hendro Susilo. 2017. Ditemukan Rangka Manusia Berusia 10.000 Tahun Lebih di Gua Pawon. http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/03/22/ditemukan-rangka-manusia-berusia-10000-tahun-lebih-di-gua-pawon-396911. Terakhir diakses pada tanggal 24 Desember 2017 pukul 15.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar