Kunjungan ke PT. PGE Kamojang: Melihat Langsung Proses Pembangkitan Energi Geothermal yang Ramah Lingkungan - Geology Dzack

Breaking

Kamis, 02 November 2023

Kunjungan ke PT. PGE Kamojang: Melihat Langsung Proses Pembangkitan Energi Geothermal yang Ramah Lingkungan

Pada 30 April 2019 kami berkesempatan untuk mengikuti kuliah lapangan berupa kunjungan  perusahaan ke PT. Pertamina Geothermal Energy di Kamojang, Bandung. Pada kunjungan tersebut kami diberikan materi mengenai PT. PGE dan Geothermal di ruang utama gedung GIC (Geothermal Information Center), berkeliling untuk mempelajari berbagai komponen dalam pelaksanaan PLTP Geothermal, dan juga kami berkunjung ke Sumber Mata Air panas yang berada di sekitar PT. PGE Kamojang. 

154476.jpg

Gambar 2. Kegiatan pemberian materi di ruang utama GIC.

Materi yang didapat dari kunjungan tersebut sebagai berikut:

Sejarah awal terbentuknya PT. PGE Kamojang diawali dengan dilakukan pemboran pertama oleh Belanda pada tahun 1926 di sumur KMJ 3 untuk membangkitkan listrik tenaga panas bumi pertama di indonesia. Kemudian, pada tahun 1973 PLTP yang telah dibangun Belanda tersebut diteruskan dengan dibangunnya PLTP Kamojang oleh pemerintah Indonesia. Dan pada tahun 12 Desember 2006 PLTP Kamojang berganti nama dan diambil alih oleh Pertamina, menjadi PT. PGE Area Kamojang hingga sekarang.

PT. PGE kemudian mengembangkan usaha pembangkit listrik lainnya di daerah lain di Indonesia setelah sukses membangun kawasan PT. PGE di Area Kamojang, Area yang telah dibangun dan telah berproduksi tersebut antara lain : Area Lahendong di Minahasa, Area Sibayak di Karo, Area Karaha di Tasik dan Garut, dan Juga Area Ulubelu di Lampung. Selain area-area yang telah berproduksi tersebut, kini juga sudah dibangun PLTP di daerah lainnya yaitu : Area Lumut Balai di Muara enim, Area Leis di Bengkulu, dan juga Sungai Penuh di Jambi.

Dalam pembangunan berbagai PLTP tersebut, telah melewati berbagai proses yang panjang hingga akhirnya dapat memproduksi listrik seperti sekarang ini, tahap-tahap yang dilaksanakan sehingga dapat diproduksinya listrik tenaga panas bumi yaitu :

  • Tahap Eksplorasi, pada tahap eksplorasi ini lama waktu yang dibutuhkan sekitar 2 tahun. Pada tahap ini dilakukan Identifikasi area yang berpotensi mengandung Hot Spot, dimana terlihat dari atas permukaanya, dilakukan analisis geologi untuk mengidentifikasi keadaan batuan, suhu, mineralisasi, dll di daerah tersebut. Kemudian, analisis kimia untuk mengetahui kandungan kimia dari air hidrotermal di daerah tersebut, dan juga analisis fisika untuk mengetahui seberapa luas area dari potensi lapangan panas bumi tersebut nantinya. Dalam melakukan analisis kimia, digunakan geotermometer untuk mengetahui temperatur reservoar dari kandungan geokimia nya, geotermometer itu berupa Si, NaK, dan NaKMg. Selain itu, dilakukan juga uji Ph, disebabkan sifat dari larutan hidrotermal yang mengandung silika dan kalsit itu asam, sehingga akan menyebabkan well rusak akibat korosi apabila Ph terlalu rendah.

  • Tahap eksploitasi, pada tahap ini lama waktu yang dibutuhkan sekitar 2 hingga 3 tahun. Pada tahap ini dilakukan pemboran, dan juga pembangunan pipa dan turbin untuk menguji kelayakan area sebagai PLTP sebelum akhirnya siap di komersilkan.

  • Tahap Komersial, pada tahap ini durasi yang diperkirakan sekitar 25 hingga 30 tahun. Pada tahap ini area yang sudah teruji layak kemudian akan di komersilkan hasil listriknya dengan disalurkan pada PLN, dan siap untuk menerangi rumah-rumah warga. Aspek terpenting yang menentukan seberapa besar listrik yang akan dihasilkan adalah desain dari turbinnya, karena desain turbinlah yang akan menentukan seberapa besar listrik yang dihasilkan dibandingkan besar tekanan sumur, walaupun besar tekanan minimal untuk dapat dilanjutkan produksi adalah sebesar 7 bar. Pada Area suhu sebesar 230o-245o C, dan tekanan sebesar 7 bar. 

Dalam menjalankan pembangkit listriknya, suatu PLTP memiliki sistemnya, dimana sistem ini akan menerangkan bagaimana kemudian listrik dapat dihasilkan dari uap panas bumi. Yang perlu diketahui bahwa suatu PLTP merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan, karena hanya menggunakan uap hidrotermal dari dalam bumi. 

Pada awalnya, uap hidrotermal dialirkan melalui sumur yang mengalami kedalaman hingga 2000 m dan kemudian dihantarkan melalui pipa menuju lokasi terdapatnya filter sebelum menggerakkan turbin. Dalam menentukan lokasi lubang pemboran produksi perlu diketahui untuk memprioritaskan area upflow dibandingkan out flow, sebab area upflow lebih dekat dengan hot spot dibandingkan dengan out flow, sehingga suhunya lebih panas. Kemudian, di Area Kamojang ini fluida yang dipakai untuk memutarkan turbin hanyalah fluida steam (uap), sedangkan yang berupa cairan (brines) akan diinjeksikan kembali ke dalam reservoar, sehingga sebelum diteruskan ke turbin akan dilakukan filter dalam scrubber terlebih dahulu.

Setelah dialirkan maka fluida akan melewati spare, disebabkan perbedaan tekanan antara fluida di well yang tinggi dan fluida di turbin yang rendah sehingga dilakukan penurunan tekanan, fluida tersaring yang telah diturunkan akan menggerakkan tubin yang nantinya dari turbin itu akan menggerakkan listrik. Uap yang telah menggerakkan turbin tersebut akan melewati ruang kondensasi untuk mendinginkan uap-uap yang pada suhu ruangan berfasa cair sehingga dapat dialirkan kembali ke dalam reservoar setelah sebelumnya melalui cooling tower. Di cooling tower inilah   kemudian fluida yang telah cair dipanaskan kembali sesuai dengan suhu reservoar, sehingga setelah dimasukkan tidak berpotensi mendinginkan reservoar. Namun, ada fluida yang ternyata setelah berada di suhu ruangan masih menjadi fasa gas, fluida inilah yang disebut non-kondisable gas, gas ini biasanya terdiri dari 99% gas alam yang aman jika dilepaskan, dan  1% gas berbahaya berupa H2S kurang dari 0,1%, CO2 antara 0,8-0,9%, dan CH4 kurang dari 0,1%, dari  keadaan seperti itu membuat gas tersebut aman untuk dilepaskan, setelah didinginkan maka gas tersebut akan dikeluarkan ke alam. Kemudian, fluida yang telah menjadi cairan tadi akan diinjeksikan kembali melalui sumur injeksi.

Selain bergerak dibidang pembagkit listrik, PT. PGE juga melakukan pengabdian masyarakat terhadap masyarakat disekitar PLTU, dengan mengadakan kegiatan-kegiatan berupa pengabdian masayarakat, seperti penyuluhan disekolah, pemeriksaan kesehatan gratis, reboisasi hutan, dll. Juga berperan dalam penelitian, dimana terdapat laboratorium geologi, yang digunakan untuk meneliti data-data geologi baik air hidrothermal maupun data core, yang digunakan baik oleh peneliti dari PT. PGE atau Mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir.

903165.jpg

Gambar 3. Denah PT. PGE Area Kamojang berupa miniatur yang ditempatkan di Aula Utama Geothermal Information Center (GIC).

Setelah kami mendapatkan materi di gedung utama GIC, kami kemudian berkeliling melihat-lihat ruangan atau pajangan di sekitar ruang utama GIC tersebut, dan juga sumur yang dekat dengan gedung GIC:

Yang pertama kami lihat adalah mata bor dari alat pemboran geothermal. Matabor tersebut dibuat dari besi dan tungsten, matabor ini harus dibuat sangat keras karena akan mengebor pada batuan beku, jika tidak maka akan aus dengan sangat cepat. Pada mata bor ini setelah mencapai lapisan reservoar akan dipasang casing, yang kemudian digunakan untuk menangkap fluida. Pada casing seringkali akan terjadi alterasi akibat dari cairan hidrotermal yang membawa mineral, oleh karena itu harus dilakukan penyemprotan dengan fluida pembersih mineral jika casing tersebut tertutup oleh mineral.

Selanjutnya, kami menuju ruangan Petrografi, disinilah batuan yang telah didapatkan melalui pemboran tadi dilakukan preparasi untuk dilakukan analisis petrografi menggunakan mikroskop, sehingga dapat diketahui jenis bauan dari host rock pada lubang pemboran tersebut.

Kemudian, kami menuju ruangan XRD, disinilah batuan yang telah dilakukan preparasi dilakukan uji XRD, untuk dilakukan analisis sehingga didapatkan data alterasi dari tiap interval core.

1012463.jpg

Gambar 4. Sumur KMJ-21, yang berada dekat dengan GIC, pipa berwarna hijau adalah sumur injeksi, dan pipa berwarna putih adalah sumur produksi, area sekitar sumur dihalangi oleh garis kuning, yang menandakan dilarang masuk apabila tidak menggunakan pakaian khusus.

Terakhir, kami melihat sumur pemboran KMJ-21. Sumur ini dibangun dari tahun 1980 hingga 1981. Pada sumur ini kami melihat ada dua jenis pipa yaitu pipa yaitu pipa berwarna hijau dan pipa berwarna putih. Pipa berwarna hijau adalah pipa injeksi uang akan mengalirkan kembali fluida yang telah menggerakkan turbin atau tidak terpakai, sedangkan pipa yang berwarna putih adalah pipa produksi, dimana digunakan untuk mengeluarkan uap hidrotermal dari reservoar.

Setelah kami berkeliling di GIC, kami pun kemudian berkeliling melihat-lihat kawah di Area Gunung Kamojang tersebut.

181754.jpg181760.jpg

903168.jpg181761.jpg

Gambar 5. Kawah Kereta Api, atau disebut juga Sumur MNJ-3, merupakan sumur pertama yang dibangun di Area Kamojang oleh Pemerintah Belanda untuk memulai dibangunnya PLTPB di Indonesia, sekarang setelah tidak layak lagi berproduksi menjadi area wisata dengan sebutan Kawah Kereta Api, disebabkan suara uap yang keluar dari kawah tersebut serupa dengan suara uap yang keluar dari cerobong kereta api, banyak pengunjung yang menikmati hiburan yang dilakukan penjaga kawah dengan uap yang keluar dari kawah tersebut.


181755.jpg181756.jpg181757.jpg

903163.jpg181759.jpg

Gambar 6. Kawah Hujan, disini merupakan area dimana manifestasi adanya panas bumi terlihat jelas, dengan adanya alterasi pada batuannya, uap yang keluar, dan air panas yang mengalir.

Selain itu kami juga melakukan pengujian besar Ph pada larutan hidrothermal di Kawah Hujan. Setelah dilakukan pengujian menggunakan kertas lakmus, diketahui Ph dari larutan Hidrothermal yang keluar pada Kawah Hujan memiliki Ph 5, sehingga larutan tersebut termasuk Asam, hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.


Tidak ada komentar: