Apa Itu Cekungan Wokam dan Mengapa Ia Berpotensi Mengandung Energi? - Geology Dzack

Breaking

Kamis, 02 November 2023

Apa Itu Cekungan Wokam dan Mengapa Ia Berpotensi Mengandung Energi?

 PENDAHULUAN

Gambar 1. Lokasi Cekungan Wokam

Cekungan Wokam merupakan cekungan sedimen yang terletak di Wilayah Indonesia Bagian Timur dan berpotensi mengandung sumber daya energi. Geometri Cekungan Wokam dianalisis berdasarkan data gayaberat dan geomagnet, dikontrol oleh struktur geologi permukaan (Hartono dan Ratman, 1992). Pendekatan geometri dilakukan melalui interpretasi pola anomali gayaberat dan geomagnet sehingga dihasilkan model geologinya. Secara tektonika Cekungan Wokam terletak di bagian utara Tinggian Arafura (Arafura High) dan Bagian Timur Palung Aru (Aru Trough). Tinggian dan palung tersebut merupakan depresi dari sistem penunjaman Lempeng Indo-Australia dari Arah Selatan dan dikenal sebagai Depresi Arafura (Charlton, 1999). Depresi tersebut membentuk cekungan sedimen dan struktur sesar yang berarah baratdaya-timurlaut (Setyanta dan Nasution, 2006), yang menempati daratan Kepulauan Aru dan Selat Aru bagian utara.

Kepulauan Aru yang termasuk ke dalam Cekungan Wokam, secara geografi termasuk salah satu kepulauan terpencil di Indonesia, namun dalam rangka eksplorasi migas, daerah ini dilakukan penelitian geologi yang lebih rinci. Berdasarkan Peta Cekungan Sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009), Kepulauan Aru merupakan kepulauan di dalam Cekungan Wokam. Cekungan ini adalah cekungan passive margin berumur Kenozoikum  yang diduga prospek terhadap kandungan migas. Secara tektonik, posisi cekungan ini termasuk ke dalam daratan Benua Australia yang berada pada paparan Arafura relatif stabil dan  dibatasi oleh Sesar naik Timor-Tanimbar Through di bagian timurnya, Zona ekstensi Aru Through di bagian barat laut, dan sesar mendatar Tarera-Aiduna dan Central Ranges Papua Fold belts di bagian utaranya (Charlton 2000, 2001). Kepulauan Aru terletak di Selatan Pulau Papua, secara administrasi termasuk kedalam Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.  


GEOLOGI REGIONAL

  1. Kondisi Geomorfologi

Morfologi Daerah Cekungan Wokam dibagi dalam 3 wilayah, yaitu perbukitan rendah, daerah datar dan rawa. Daerah perbukitan rendah bertopografi karst terbentuk oleh batugamping dan napal dengan puncak tertinggi ± 200 meter. Satuan morfologi ini sejajar dengan arah memanjang Kepulauan Aru, menempati bagian barat laut P. Wokam, sebagian Pulau Kobroor, Pulau Koba Pulau Trangan, Pulau Warmar, Pulau Ujir, Pulau Wasir dan Pulau Warilau. Morfologi datar tersebar memanjang dengan arah timur laut-barat daya, menempati bagian tenggara dan selatan, sebagian terletak di Pulau Kobroor, Pulau Koba, dan Pulau Trangan serta pulau-pulau kecil di bagian timur. Satuan batuan ini terbentuk oleh batugamping kapuran dan napalan dan batupasir. Sebagian sungai terbentuk oleh kekar berarah Timur Laut-Barat Daya, sebagian lagi terbentuk oleh sesar.  Di daerah berbatu gamping kapuran, retakan dan kekar membentuk topografi karst lorong. Seluruh kekar tersebut tergenang air laut sehingga tampak sebagai sungai dan selat. 

  1. Kondisi Tektonik

Gambar 2. Kondisi tektonik Cekungan Wokam (Sumber: Ditjen Migas, 2011).

Berdasarkan hasil analisis bidang kekar yang ditampilkan pada Gambar 2 tampak pada bagian tengah  Kepulauan Aru gaya gaya yang bekerja adalah sistem strike-slip. Berdasarkan umur batuan yang terpengaruh oleh gaya yang bekerja, sistem strike-slip berpengaruh pada batuan Formasi Koba yang berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Maka pada Miosen Akhir, gaya ini bekerja dan membentuk sesar geser yang memisahkan Pulau Trangan dan Pulau Maikor serta memisahkan Pulau Maikor dan Pulau Kobroor. Berbeda dengan apa yang Padmawidjaja dan Subagyo (2014) paparkan bahwa selat-selat yang terbentuk di Kepulauan Aru terbentuk pada masa Plistosen. 

Stress tensor jenis extensional bekerja hampir di seluruh Kepulauan Aru dan mempengaruhi batuan batuan yang lebih muda dari Formasi Koba. Sistem ini membentuk sesar-sesar normal dan memperlebar selat selat yang memisahkan antara pulau di Kepulauan Aru yang sebelumnya telah bergeser akibat sistem gaya strike-slip.

Hasil analisis bidang kekar dengan stereonet memperlihatkan tegasan utama (σ ) yang berbeda-beda arah (trend) dan kemiringannya (plunge). Untuk mengetahui arah tegasan rata-rata dan periode deformasi di Kepulauan Aru, maka data tersebut kembali diplotkan di stereonet untuk kemudian dianalisis. Dengan asumsi arah tegasan utama orde tertua akan mempunyai kemiringan (plunge) yang lebih tinggi atau berada relatif di tengah pada proyeksi stereonet dibandingkan orde yang lebih muda yang mempunyai kemiringan (plunge) yang lebih rendah, maka dapat direkonstruksi sejarah deformasi yang meliputi orde, kedudukan dan arah umum tegasan utama (σ ) dan jenis stress regime.

Gambar 3. Evolusi Tektonik Kepulauan Aru, Cekungan Wokam yang telah mengalami tiga kali periode deformasi serta stress regime pada masing- masing periode deformasi.

Berdasarkan hasil rekonstruksi,yang kemudian disebandingkan dengan geologi regional, maka dapat disusun evolusi tektonik regional daerah Kepulauan Aru, Cekungan Wokam yang telah mengalami 3 (tiga) kali periode deformasi yang terlihat pada Gambar 3, yaitu:

  • Periode Deformasi Regional I (DI) terjadi pada Miosen Akhir dengan sifat Pure strike-slip, dan arah tegasan utama (σ ) yaitu U150 T – U330 T. Periode ini dimulai 1 setelah Formasi Koba diendapkan, menghasilkan struktur lipatan yang hampir berarah timur laut-barat daya, dan sesar mendatar yang hampir timur laut-barat daya. Hal ini berkesesuaian dengan apa yang dipaparkan oleh Hall (1995) bahwa pada Miosen Akhir adalah periode dimana strike-slip zone yang berarah timur laut-barat daya terbentuk akibat pergerakan lempeng benua Australia yang terus bergerak ke arah utara sehingga menubrak lempeng Pasifik di bagian utaranya yang tejadi pada Oligosen-Miosen Tengah. Pertemuan lempeng yang bersifat oblique inilah yang menghasilkan sesar-sesar mendatar berarah timur laut-barat daya sepanjang zona patahan Tarera-Aiduna yang berarah hampir barat-timur (Alda and Kim, 2008). 

  • Periode Deformasi Regional II (DII) dengan sifat strike-slip o Extensive , dan arah tegasan utama (σ ) yaitu U080 1 o T–U260 T. Periode ini merupakan periode deformasi yang terekam sangat baik di Kepulauan Aru. Cekungan Wokam, dan merupakan periode deformasi yang bersifat ektensional, sehingga terbentuk beberapa selat yang berarah barat laut-tenggara yang memisahkan pulau-pulau di Kepulauan Aru.

  • Periode Deformasi Regional III (DIII) dengan sifat strike-slip Extensive, periode ini dimulai setelah Formasi Tanah Merah diendapkan atau diperkirakan terbentuk pada Holosen, dengan arah tegasan utama (σ ) 1 o o yaitu U020 T – U200 T. Periode deformasi ini menghasilkan kelurusan kelompok C yang sangat susah diidentifikasi arah pergerakannya di lapangan. Pada kedua periode deformasi terakhir ini, wilayah Kepulauan Aru mengalami fase tektonik yang relatif stabil, ditandai dengan reaktifasi yang bersifat extensional dari sesar-sesar mendatar yang telah terbentuk sebelumnya.

  1. Kondisi Stratigrafi

Gambar 4. Kolom stratigrafi (disederhanakan) Paparan Arafura Baratlaut (NW Arafura Shelf) (Robertson, 1992).

Adapun kondisi stratigrafi regional yang menggambarkan umur sedimentasi sangat tua yang dialasi batuan dasar PrePermian atau Cambrian beberapa formasi Mesozoikum dan lapisan sedimen dengan formasi bagian atas umur Tersier sampai Kuarter. Tektonostratigrafi secara umum di wilayah Aru Barat diawali dari batuan Prakambrium sampai Permian dicirikan oleh beberapa tahap tektonik ekstensi dan subsiden termal. Sekuen perlapisan dari Mesozoikum sampai Kenozoik dapat dibagi menjadi tujuh interval utama yaitu 1) Sekuen rift Trias – S1 2)Sekuen synrift Jura Mawah sampai Tengah– S3; 3) Sekuen synrift Jura Atas sampai Kapur Bawah –S3; 4) Sekuen rift Paska KapurS4; 5) Sekuen passive margin Tersier Awal S5; 6) Sekuen tumbukan Miosen; 7) Sekuen tumbukan Kuarter Berdasarkan pemetaan di darat dan data pemboran yang telah ada, stratigrafi di lokasi penelitian terdiri dari batuanbatuan sedimen Resen sampai dengan Pra Kambrium serta memiliki kemiripan dengan unit-unit stratigrafi di Cekungan Salawati dan Cekungan Bintuni. Batuan dasar terdiri atas gabro dan batuan metamorfosa Pra Kambrium. Di atas batuan dasar tersebut secara tidak selaras ditempati oleh batuan berumur Perm, terdiri dari Dolomit Modio dan 16 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015 Formasi Aiduna. Di atas batuan Perm, secara selaras ditutupi oleh batuan klastik Mesozoikum (Formasi Tipuma, Formasi Kopai, Formasi Woniwogi, Formasi Piniya dan Formasi Ekmai), dan secara setempat diselingi oleh batuan karbonat. Formasi Ekmai tertutup secara tidak selaras oleh batu gamping dan batu-batuan sedimen klastik yang berumur Paleosen – Miosen (Formasi Waripi, Formasi Yawee bagian bawah, Anggota Adi dan Formasi Yawee bagian atas). Secara tidak selaras di atasnya adalah serpih dan batu lempung marin, setempat batuan karbonat dari Formasi Buru yang berumur Miosen Akhir sampai Plio-Pleistosen. 


POTENSI SISTEM PETROLIUM

Gambar 5. Penampang model hydrocarbon play di sekitar Blok Wokam (Ditjen Migas, 2011).

Dari aspek cekungan migas Cekungan Palung Aru yang merupakan cekungan yang memiliki sumur pemboran namun belum berproduksi migas. Berdasar perolehan data seismik dan data sumur pemboran, Cekungan Wokam area yang relatif kurang memiliki data seismik dan data sumur pemboran.

Sistem petroleum dari Paparan Baratdaya Arafura berhubungan dengan posisi stratigrafi regional dan konfigurasi tektonik Indonesia Timur. Beberapa jenis elemen utama seperti kematengan batu batuan dari sumber, (source rock), arah migrasi, reservoir, mekanisme pemerangkapan dan waktu kejadian geologi sangat sesuai jika dilihat dari sudut pandang sistem petroleum. Serpih Kopai (Jura) dan Klasepat (Miosen Atas) dipercaya menjadi batuan sumber untuk minyak dan gas yang diproduksi dari Cekungan Salawati dan Bintuni. Keberadaan dari Formasi Kopai di lepas pantai Paparan Arafura belum bisa dibuktikan. Namun berdasarkan hasil dari analisa contoh dari data sumur dan singkapan dari Serpih Kopai di Kiruru dan Taparo, (kemungkinan Lapangan milik KNOC, 1999) TOC nya berkisar dari 1,01 – 2,86%. Serpih batu lanau dan perselingan batubara dari Formasi Buru (sama dengan Formasi Klasepat di Cekungan Salawati) dapat dipertimbangkan sebagai salah satu batuan asal utama di daerah ini. TOC dari Formasi Buru diharapkan berkisar antara 1,1 sampai 7,2% sama dengan Cekungan Salawati (Livsey, 1992). 

Pada saat ini dilaporkan hasil analisa geokimia Formasi Buru telah terbukti memiliki kualitas TOC terbagus dengan nilai berkisar 1-3 % yang dapat dipertimbangkan menjadi batuan induk (Gambar 6). Serpih, batulumpur dan batulanau sangat tebal pada Formasi Buru, ini juga diharapkan bertindak sebagai penutup istimewa dari batuan perangkap untuk sistem petroleum di daerah ini. Batuan reservoir yang telah terbukti ada di dekat cekungan adalah Prolifik Karbonat Miosen yang telah membangun dan membentuk Formasi Kais (Cekungan Salawati dan Bintuni), juga batupasir Roabiba Jura (Cekungan Bintuni) juga Formasi Toro (Kapur) di Central Range Papua New Guenia (PNG). Bagian atas 18 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1, Agustus 2015 Batugamping Yawee (Miosen Tengah) adalah target berikutnya untuk eksplorasi minyak di paparan Aru yang telah terbukti sebagai reservoir yang bagus.


DAFTAR PUSTAKA

Gumilar, Iwan S. 2017. Periode Deformasi Kenozoikum Kepulauan Aru, Cekungan Wokam, Maluku.Bandung : Pusat Survei Geologi.

Patmawidjaya, Tatang dan Subagyo. 2014. Penelitian Gaya Berat dan Geomagnit Kepulauan Aru, Cekungan Wokam. Bandung : Pusat Survei Geologi.

Kusnida, Nida dkk. 2018. Stratigrafi Seismik Cekungan Aru, Papua Barat. Bandung : Puslitbang Geologi Kelautan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Wijaya, Hadi dkk. 2015. Studi Identifikasi Perangkap Hidrokarbon Paleogen-Neogen di Perairan Wokam Aru Utara, Papua Barat : Data Utama Hasil Survei Kr. Geomarin III. Bandung : Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 20, No. 1.

Tidak ada komentar: