Batuan Reservoar dan Perangkap Minyak Bumi: Dua Komponen Penting dalam Eksplorasi Hidrokarbon - Geology Dzack

Breaking

Kamis, 02 November 2023

Batuan Reservoar dan Perangkap Minyak Bumi: Dua Komponen Penting dalam Eksplorasi Hidrokarbon

 

Reservoir secara umum berarti wadah tempat menampung sesuatu. Contohnya reservoar yang digunakan untuk menampung air. Sementara untuk reservoir minyak bumi ialah suatu area di bawah tanah yang di dalamnya terdapat kandungan minyak bumi. Dengan demikian pemahaman keduanya sama, namun media penampungan reservoir minyak bumi tidak sama dengan reservoir air yang sering kita temui di rumah-rumah. Lantas seperti apa media penampungannya? 

Reservoir minyak mentah bentuknya berupa  batuan berpori, di antara pori-pori itulah tempat minyak mentah terkandung, hal ini juga berlaku pada gas bumi. Oleh sebab itu suatu reservoar tidak akan terlepas dari pengertian porositas dan permeabilitas.

Mungkin sebagian orang akan membayangkan bahwa bentuk reservoir minyak mentah berupa kolam atau tabung berisi minyak mentah. Padahal bentuk reservoir wujudnya tidak beraturan, tidak seragam antara reservoir di suatu tempat dengan reservoir di tempat lainnya begitupun dengan luas dan ukurannya. Hal ini juga berlaku pada reservoir gas bumi. Perlu juga diketahui bahwa, suatu reservoir selain hanya mengandung minyak atau gas bumi, bisa saja mengandung keduanya, keadaan ini disebut dengan associated gas.

Terdapat suatu hal yang sering dipertanyakan yaitu mengapa permukaan tanah tidak ambruk padahal setiap harinya ratusan bahkan ribuan barrel minyak mentah disedot dari dalam tanah?

Jawabannya sederhana yaitu karena minyak mentah berada pada reservoir (batuan berpori) sehingga penyedotan minyak dan gas bumi secara terus menerus tidak akan menyebabkan permukaan tanah di atasnya runtuh. Coba kita bayangkan ketika minyak bumi tersebut disedot dari reservoir, pasti yang akan mengalami kekosongan hanyalah pori-pori batuan tersebut dan struktur/susunan batuan tidak akan mengalami perubahan. Contoh sederhana nya yaitu ketika kita meminum air dari dalam gelas, tentu isi gelas akan mengalami kekosongan sementara bentuk gelasnya tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran sama sekali (kecuali bila anda ikut mengunyah gelasnya).

Suatu batuan agar dapat menjadi reservoar seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya haruslah memiliki sifat porositas dan permeabilitas. Perlu diketahui bahwa porositas itu berbeda dengan permeabilitas, porositas adalah suatu sifat dari batuan yang memiliki pori-pori, pori-pori inilah yang nantinya akan diisi oleh minyak dan gas, namun keadaan batuan berpori tersebut harus juga didukung dengan sifat permeabilitas, yaitu mampu memindahkan dan mengalirkan fluida yaitu minyak dan gas, oleh karena itu batuan yang berpori belum tentu dapat dikatakan batuan reservoar jika belum terbukti memiliki sifat permeabilitas.

  1. Porositas dan Permeabilitas

Porositas primer dan permeabilitas dari batu pasir banyak dipengaruhi oleh ukuran butir, sorting dan packing partikel sedimen. Kebanyakan silisiklastik reservoir mempunyai diagenesa yang kuat sehingga mengubah porositas dan permeabilitas (seperti hadirnya mineral-mineral autigenik seperti lempung yang mengisi pori sehingga mengurangi porositas) (Satyana, 2005).

Gambar 1. Hubungan bentuk dan ukuran butir dengan porositas dan permeabilitas.

Reservoir terbaik adalah coarse-medium grained dan well sorted satuan permeabilitas adalah Darcy, kebanyakan reservoir terekam hanya memiliki rentang milidarcy (0.001 Darcy). Permeabilitas reservoir berkisar antara 5 dan 500 milidarcy, walaupun beberapa reservoir mempunyai permeabilitas lebih dari 5 darcy. Gas yang viskositasnya kecil dari minyak mentah, dapat mengalir dari pasir yang rapat atau limestone yang permeabilitasnya hanya beberapa milidarcy atau kurang.

Bagi Geologist yang mempelajari petroleum dan groundwater, porositas dan permeabilitas mempunyai peranan yang sangat penting. Porositas erat kaitannya dengan volume fluida (minyak, gas dan groundwater) yang ditemui dalam batuan reservoir. Kompaksi menyebabkan banyak pengurangan porositas. Misalnya, batu pasir mempunyai porositas awal sekitar 40% dan akan menjadi kurang dari 10 % ketika mengalami pengendapan dikarenakan tekanan dari batuan di atasnya (Boggs, 2006).

Banyak ahli mendefinisikan porositas sebagai perbandingan antara volume ruang kosong yang dapat diisi oleh fluida atau gas dengan volume total dari media yang diukur porositasnya tersebut (dalam hal ini adalah batuan).

Atau dapat diekspresikan dengan rumus berikut :

Gambar 2. Hubungan volume porositas dan volume batuan.

Nilai porositas suatu batuan sangat bergantung kepada keseragaman ukuran dan bentuk butir serta dipengaruhi juga oleh karakteristik kompaksi butiran tersebut. Semakin tinggi tingkat keseragaman ukuran dan bentuk butir dalam suatu batuan, maka akan semakin tinggi nilai porositasnya. Sedangkan kompaksi akan semakin memperkecil nilai porositas suatu batuan.

Gambar dibawah menunjukan frekuensi reservoir minyak dan gas yang diplot berlawanan dengan porositas. Hampir semua reservoir mempunyai porositas yang berkisar 5%-30% dan yang paling banyak berkisar antara 10%-20%.

Ukuran porositas yang komersial berkisar kurang dari 5%, dan yang lebih dari 35% sangat tidak baik. Porositas dapat dihitung di laboratorium yang datanya diambil dari core, dan lubang bor menggunakan well log, terutama sonic, density dan neutron log. Kadang-kadang bisa juga menggunakan data seismic.

Ada tiga tipe utama dari porositas :

Gambar 3. Tipe porositas berdasarkan ukuran butirnya, dari kanan ke kiri interconnected, connected, dan isolated.

  • Interconnected porositas, adalah porositas yang memanfaatkan rongga untuk saling berhubungan dengan rongga rongga di sampingnya. 

  • Connected porosity, adalah porositas yang hanya mempunyai satu rongga yang dapat dilalui yang mana berhubungan dengan rongga lainnya. 

  • Isolated porosity, adalah porositas yang rongga-rongganya tidak saling berhubungan.

Batuan yang mempunyai Interconnected dan connected rongga merupakan effective porosity karena hydrocarbon dapat keluar dari batuan tersebut. Pada Kasus interconnected porosity, minyak dan gas mengalir melalui pori dengan bantuan gerakan air alami atau buatan. Connected porosity tidak dipengaruhi oleh tekanan tapi mungkin menghasilkan minyak dan gas dikarenakan ekspansi, dengan catatan tekanan pada reservoir menurun. Reservoir dengan isolated porosity tidak bisa menghasilkan hydrocarbon. Banyak minyak dan gas yang terkandung memasuki pori sebelum mengalami kompaksi atau sementasi.

Jadi, isolated porosity berguna untuk mengetahui total porositas batuan tapi tidak menjadi effective porosity. Porositas dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama menurut pembentukannya (Murray,1960). Porositas primer yang terbentuk ketika sedimen terendapkan dan Porositas Sekunder yang terbentuk setelah pengendapan.

  1. Primary Porosity

Porositas primer dapat dibagi menjadi dua tipe: intergranular atau interparticle porosity yang terjadi antara butiran sedimen. Dan intragranular atau intraparticle porosity yang terbentuk di dalam butiran sedimen.

Gambar 4. Tipe porositas primer, dari kanan ke kiri intergranular porosity dan interparticle porosity.

Intergranular porosity banyak terbentuk pada batu pasir. Pori-pori saling berhubungan satu sama lain. Reservoir dengan intergranular porosity biasanya mempunyai interconnected porosity dan permeabilitas yang bagus. Effective porosity pada reservoir seperti ini sama dengan total porosity.Intergranular porosity lebih banyak dicirikan pada endapan baru batu gamping.

  1. Secondary Porosity

Porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk di dalam suatu reservoir setelah pengendapan. Tipe utama porositas sekunder.

  • Fenestral;

  • Intercrystalline;

  • Solution (moldic and vuggy)

  • Fracture

Fenestral porosity berkembang ketika ada jeda pada batuan lebih besar dari pori-pori grain supported normal. Porositas ini mencirikan lagoonal yang kekeringan akibat penyusutan dan penekukan lamina. Tipe porositas ini jarang ditemukan. Intercrystalline porosity yang terjadi antara Kristal porositas ini ditemukan pada beberapa lapangan minyak dan gas. Pada rekristalisasi limestone, intercrystalline porosity dapat diabaikan. Akan tetapi, kristalin dolomites sering memiliki intercrystalline porosity yang tinggi.

Gambar 5. sketsa sayatan tipis dari Crystaline dolomite reservoir. Reservoir ini biasanya terbentuk dari dolomit sekunder yang terbentuk dengan dolomitization, prosesnya adalah endapan kalsium karbonat digantikan dengan dolomit.

Tipe intercrystalline porosity ini menunjukan dolomite sekunder dengan karakteristik saccharoidal texture yang sangat bagus untuk menjadi reservoir. Beberapa tipe porositas sekunder lainnya dapat diakibatkan oleh solution. Proses ini sangat penting dalam pembentukan porositas karbonat, tapi dapat juga berkembang di batuan sedimen. Ada beberapa cara proses solution terbentuk:

Gambar 6. pori-pori solution sekunder pada limestone Beberapa pori saling berentetan.

Gambar 6 menunjukan pori-pori solution sekunder pada limestone Beberapa pori saling berentetan. Ini terjadi ketika butir-butir gamping terlepas. Tipe fabric ini disebut moldic, dan pori-porinya disebut pelmoldic. Ada jarak pori-pori yang memotong moldic tersebut dan selanjutnya disebut vugs dan porositasnya disebut vuggy. Porositas sekunder lainnya adalah fracture porosity. Fractured reservoir dapat terjadi di banyak batuan yang patah karena retakan-retakan dari pada deformasi. Jadi, ada banyak fractured reservoir pada lempung, hard-cemented quartzitic sandstone, limestone, dolomite dan pastinya pada batuan basement seperti granit dan metamorf. 

Gambar 7. Retakan berkembang dari gaya tektonik yang berhubungan dengan lipatan dan sesar.

Rekahan biasanya vertical sampai sub vertikal dengan lebar sekitar 6 mm. Ketika porositas ini berkembang, reservoir akan memiliki permeabilitas yang tinggi, walaupun kenyataannya porositasnya rendah. Satu hal yang harus bisa dibedakan yaitu antara fracture porosity dan porositas yang terjadi di dalam batuan itu, sering sekali rekahan rekahan menjadi tempat penyimpanan minyak dan gas didalam suatu batuan. Fracture porosity dapat menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi selama tes well log. 

Gambar 8. Ketika suatu batuan pecah, rekahan tidak selalu terbuka. Mungkin saja diisi sementasilateral oleh silica, calcite atau dolomite.

  1. Jenis Batuan Reservoar

Batuan Reservoar pada umumnya berasal dari jenis batuan sedimen siliklastik seperti batupasir, konglomerat, ataupun batulanau, dan juga batuan karbonat seperti batugamping. Antara batuan sedimen siliklastik dan karbonat terdapat beberapa perbedaan yaitu :

  1. Lingkungan Pengendapan

Sedimen batuan silisiklastik umumnya berasal dari luar cekungan tempat pengendapan batuan yang ditransportasikan ke dalam cekungan. Mekanisme transportasinya dapat melalui angin, arus sungai, arus pasang surut, gelombang, aliran massa, longsoran es, dan arus turbid (Tucker, 1991). 

Gambar 9. Proses pembentukan batuan sedimen.

 Berbeda halnya dengan sedimen batuan karbonat yang pada umumnya diendapkan di atau dekat dengan tempat asal pembentukannya. Lebih dari 90% sedimen karbonat yang ditemukan saat ini dianggap terbentuk secara biologi dan pada lingkungan laut (Milliman, 1974; Wilson, 1975; Sellwood, 1978; Tucker & Wright, 1990). 

Distribusi dari kebanyakan sedimen karbonat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dari organisme penghasil kalsium karbonat. Parameter ini termasuk temperatur, salinitas, dan kehadiran sedimen silisiklastik (Lees, 1975). 

Kebanyakan koral dan organisme reef sensitif terhadap kedalaman dan cahaya, sehingga produksi karbonat maksimum umumnya tercapai pada kedalaman 10 m pertama lingkungan laut (Schlager, 1992). Oleh karena itu, secara umum sedimen karbonat awalnya terbentuk dan terendapkan di perairan laut dangkal.

Lingkungan pengendapan batuan karbonat terutama di laut tropis dengan kondisi air dangkal, hangat, dan bersih. Kondisi ini dapat ditemukan di utara dan selatan khatulistiwa antara garis lintang 30 derajat utara dan selatan. Sedangkan untuk batuan silisiklastik tidak terpengaruh iklim, dapat ditemukan dimana-mana, melimpah di semua kedalaman, baik di air tawar maupun lingkungan laut.

Gambar 10. Proses pembentukan batugamping.

  1. Kontrol Febrik Sedimen

Pembentukan batuan karbonat banyak didominasi oleh aktivitas organisme karena hal tersebut sedimen karbonat memiliki perbedaan yang cukup unik dibanding silisiklastik dilihat dari analisis tekstur dan fabrik pada sedimen dan batuan karbonat. 

Ukuran dan sorting sedimen silisiklastik umumnya dapat dijadikan indikator jenis dan besar energi fisik (seperti angin, gelombang, arus, dan intensitasnya) yang mempengaruhi tekstur sedimen di lokasi pengendapan (Folk, 1968). Ukuran dan sorting dalam sedimen karbonat, lebih dipengaruhi oleh populasi dari organisme pembentuk partikel, juga kekhasan ultrastruktur organismenya. 

Parameter tekstur dan fabrik lainnya, seperti roundness, juga dipengaruhi oleh kontrol biologis. Roundness dalam butiran silisiklastik dipercaya dapat menjadi indikator dari jarak transportasi sedimen dan atau intensitas proses fisis yang terjadi di lokasi pengendapan (Blatt, Middleton, & Murray, 1972). Roundness butiran karbonat mungkin dikontrol oleh bentuk asal dari organisme penyusun butiran tersebut (contohnya kebanyakan Foraminifera berbentuk bundar).

  1. Komposisi Butiran

Kerangka organisme maupun pecahan pecahan test foraminifera menyusun sebagian besar sedimen karbonat yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Sehingga, komposisi butiran sedimen dan batuan karbonat secara langsung dapat menginterpretasikan lingkungan pengendapannya karena kurangnya transportasi dalam karbonat dan komponen butiran terdiri dari sisa organisme dari lingkungan pengendapannya.

Penentuan organisme penyusun butiran berdasarkan strukturnya yang khas dan unik adalah kunci utama dalam merekonstruksi lingkungan sekuen karbonat (Bathurst, 1975).

Sedangkan, komposisi butiran batuan silisiklastik terkait dengan asal atau origin dari sedimen, iklim, aktivitas tektonik dari suplai sedimen, daripada kondisi di lokasi pengendapan (Krynine, 1941; Folk, 1954; Pettijohn, 1957; Blatt, 1982).

  1. Porositas

porositas batuan karbonat dikarenakan terbentuk dari organisme akan lebih kompleks dibanding silisiklastik (Choquette & Pray, 1970; Lucia, 1995b). Kompleksitas tersebut merupakan hasil dari asal biologis yang luar biasa dari sedimen karbonat dan proses diagenesis yang dialaminya. 

Karbonat bisa memiliki besar porositas sedimen sekitar 40% – 70%. Namun, akibat diagenesis yang dialami, porositas batuan umumnya hanya sebagian kecil dari porositas awal yaitu 5% – 15%. Pada batuan silisiklastik, porositas sedimennya sekitar 25% – 40% dan porositas batuan bisa mencapai setengah atau lebih dari porositas awal sekitar 15% – 30%. 

Tipe porositas akhir pada batuan karbonat bervariasi tergantung pada organisme penyusun dan proses diagenesis yang dialaminya. Sedangkan pada silisiklastik, tipe porositas umumnya interpartikel. 

Pada karbonat, ukuran pori umumnya menunjukkan sedikit hubungan dengan ukuran partikel sedimen dan sorting. Berbeda dengan silisiklastik yang ukuran porinya terkait erat dengan packing dan sorting.

  1. Sekuen Stratigrafi

Batuan sedimen silisiklastik dan karbonat dibagi berdasarkan permukaan yang merupakan respon terhadap perubahan muka air laut. Perbedaan dalam sekuen stratigrafi disebabkan karena akumulasi karbonat cenderung terbentuk secara “in-place”, sedangkan silisiklastik ditransportasikan ke dalam cekungan pengendapan. 

Laju produksi karbonat terbesar berada dekat permukaan air laut karena terkait dengan fotosintesis, jadi bergantung pada kedalaman air laut. Fasies dan fabrik karbonat dapat dijadikan sebagai indikator posisi muka air laut.

  1. Perangkap Reservoir

Dalam Sistem Perminyakan, memiliki konsep dasar berupa distribusi hidrokarbon didalam kerak bumi dari batuan sumber (source rock) ke batuan reservoar. Salah satu elemen dari Sistem Perminyakan ini adalah adanya batuan reservoar, dalam batuan reservoar ini, terdapat beberapa faktor penting diantaranya adalah adanya perangkap minyak bumi.

Perangkap minyak bumi sendiri merupakan tempat terkumpulnya minyak bumi yang berupa perangkap dan mempunyai bentuk konkaf ke bawah sehingga minyak dan gas bumi dapat terjebak di dalamnya.

Perangkap minyak bumi ini sendiri terbagi menjadi Perangkap Stratigrafi, Perangkap Struktural, Perangkap Kombinasi Stratigrafi-Struktur dan perangkap hidrodinamik.

  1. Perangkap Stratigrafi

Jenis perangkap stratigrafi dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral, perubahan fasies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoar dalam perpindahan minyak bumi. Prinsip dalam perangkap stratigrafi adalah minyak dan gas bumi terperangkap dalam perjalanan ke atas kemudian terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, hal ini dikarenakan batuan reservoar telah menghilang atau berubah fasies menjadi batu lain sehingga merupakan penghalang permeabilitas (Koesoemadinata, 1980, dengan modifikasinya). Dan jebakan stratigrafi tidak berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Channels,Barrier Bar, dan Reef, namun berasosiasi dengan ketidakselarasan seperti Onlap Pinchouts, dan Truncations.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled14.jpg?w=300&h=181

Gambar 11. Ilustrasi perangkap stratigrafi.

Pada perangkap stratigrafi ini, berasal dari lapisan reservoar tersebut, atau ketika terjadi perubahan permeabilitas pada lapisan reservoar itu sendiri. Pada salah satu tipe jebakan stratigrafi, pada horizontal, lapisan impermeabel memotong lapisan yang bengkok pada batuan yang memiliki kandungan minyak. Terkadang terpotong pada lapisan yang tidak dapat ditembus, atau Pinches, pada formasi yang memiliki kandungan minyak. Pada perangkap stratigrafi yang lain berupa Lens-shaped. Pada perangkap ini, lapisan yang tidak dapat ditembus ini mengelilingi batuan yang memiliki kandungan hidrokarbon. Pada tipe yang lain, terjadi perubahan permeabilitas dan porositas pada reservoar itu sendiri. Pada reservoar yang telah mencapai puncaknya yang tidak sarang dan impermeabel, yang dimana pada bagian bawahnya sarang dan permeabel serta terdapat hidrokarbon.

Pada bagian yang lain menerangkan bahwa minyak bumi terperangkap pada reservoar itu sendiri yang Cut Off up-dip, dan mencegah migrasi lanjutan, sehingga tidak adanya pengatur struktur yang dibutuhkan. Variasi ukuran dan bentuk perangkap yang demikian mahabesar, untuk memperpanjang pantulan lingkungan pembatas pada batuan reservoar terendapkan.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled22.jpg?w=730

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled32.jpg?w=300&h=284

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled42.jpg?w=730

Gambar 12. Ilustrasi perangkap stratigrafi.

  1. Perangkap Struktur

Jenis perangkap selanjutnya adalah perangkap struktural, perangkap ini Jebakan tipe struktural ini banyak dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting, pada bagian ini berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan reservoar sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan oleh gejala tektonik atau struktur seperti pelipatan dan patahan (Koesoemadinata, 1980, dengan modifikasinya).

  • Jebakan Patahan

Jebakan patahan merupakan patahan yang terhenti pada lapisan batuan. Jebakan ini terjadi bersama dalam sebuah formasi dalam bagian patahan yang bergerak, kemudian gerakan pada formasi ini berhenti dan pada saat yang bersamaan minyak bumi mengalami migrasi dan terjebak pada daerah patahan tersebut, lalu sering kali pada formasi yang impermeabel yang pada satu sisinya berhadapan dengan pergerakan patahan yang bersifat sarang dan formasi yang permeabel pada sisi yang lain. Kemudian, minyak bumi bermigrasi pada formasi yang sarang dan permeabel. Minyak dan gas disini sudah terperangkap karena lapisan tidak dapat ditembus pada daerah jebakan patahan ini.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled52.jpg?w=730

  • Jebakan Antiklin

Kemudian, pada jebakan struktural selanjutnya, yaitu jebakan antiklin, jebakan yang antiklinnya melipat ke atas pada lapisan batuan, yang memiliki bentuk menyerupai kubah pada bangunan. Minyak dan gas bumi bermigrasi pada lipatan yang sarang dan pada lapisan yang permeabel, serta naik pada puncak lipatan. Disini, minyak dan gas sudah terjebak karena lapisan yang diatasnya merupakan batuan impermeabel.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled62.jpg?w=730

  • Jebakan Struktural Lainnya

Contoh dari perangkap struktur yang lain adalah Tilted fault blocks in an extensional regime, merupakan jebakan yang berasal dari Seal yang berada di atas Mudstone dan memotong patahan yang sejajar Mudstone. Kemudian, Rollover anticline on thrust, adalah jebakan yang minyak bumi berada pada Hanging Wall dan Footwall. Lalu, Seal yang posisinya lateral pada diapir dan menutup rapat jebakan yang berada diatasnya.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled72.jpg?w=244&h=300

  1. Perangkap Kombinasi

Kemudian perangkap yang selanjutnya adalah perangkap kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak bumi. Dan, pada jenis perangkap ini, terdapat lebih dari satu jenis perangkat yang membentuk reservoar. Sebagai contohnya antiklin patahan, terbentuk ketika patahan memotong tegak lurus pada antiklin. Dan, pada perangkap ini kedua perangkapnya tidak saling mengendalikan perangkap itu sendiri.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled82.jpg?w=300&h=163

Gambar 13. Ilustrasi perangkap kombinasi 

  1. Perangkap Hisdrodinamik

Kemudian perangkap yang terakhir adalah perangkap hidrodinamik. Perangkap ini sangat jarang karena dipengaruhi oleh pergerakan air. Pergerakan air ini yang mampu merubah ukuran pada akumulasi minyak bumi atau dimana jebakan minyak bumi yang pada lokasi tersebut dapat menyebabkan perpindahan. Kemudian perangkap ini digambarkan pergerakan air yang biasanya dari air hujan, masuk ke dalam reservoar formasi, dan minyak bumi bermigrasi ke reservoar dan bertemu untuk migrasi ke atas menuju permukaan melalui permukaan air. Kemudian tergantung pada keseimbangan berat jenis minyak, dan dapat menemukan sendiri, dan tidak dapat bergerak ke reservoar permukaan karena tidak ada jebakan minyak yang konvensional.

https://nooradinugroho.files.wordpress.com/2008/10/untitled91.jpg?w=730

Gambar 14. Ilustrasi perangkap hidrodinamik.


Sumber : 

Sukandarrumidi., 2013. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Yogyakarta : UGM Press, Hal. 150-177.

Anonim., 2016. Ulasan Mengenai Reservoir Minyak Bumi. https://www.prosesindustri.com/2016/02/ulasan-mengenai-reservoir-minyak-bumi.html (Diakses 24 Mei 2019).

Anonim., Tanpa Keterangan. Reservoar Porosity dan Permeability. http://www.scribd.com/doc/52979677/Reservoir-Porosity-and-Permeability (Diakses 24 Mei 2019).

Nugroho, Noor A., 2008 Jenis-jenis Perangkap Minyak Bumi. https://nooradinugroho.wordpress.com/2008/10/15/jenis-jenis-perangkap-minyak-bumi/ (Diakses 25 Mei 2019).

D., Tanpa Keterangan. Kontas Batuan Sedimen Silklastik dan Karbonat dalam Reservoar? https://www.academia.edu/35081943/Kontras_batuan_sedimen_silisiklastik_dan_karbonat_dalam_karakteristik_reservoar (Diakses 24 Mei 2019)./

Tidak ada komentar: