2.1 Definisi Batuan dan Mineral
Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga di dalam cekungan di bawah permukaan laut. Batu atau batuan yang kita lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda.
Dalam The Penguin Dictionary of Geology, yang dinamakan dengan batuan (rock) adalah material penyusun kerak bumi yang tersusun baik oleh satu jenis mineral (monomineralic) maupun oleh banyak jenis mineral (polymineral).
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral berasal dari magma yang mengalami pendinginan atau pembekuan. Konsep pembentukan mineral bergantung pada letak dan waktu membekunya magma. Jika magma yang membeku jauh di bawah permukaan dan waktu pembekuan cukup lama maka mineral akan mineral terbentuk sempurna, sedangkan jika letak nya dekat permukaan bumi dan waktu pembekuannya tidak cukup lama, maka mineral akan terbentuk tidak sempurna (ukuran mineral).
Mineral dapat dijumpai dalam beberapa kemungkinan memiliki bidang rata sebagai perwujudan bentuk di dalamnya yang disebut kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
Baca juga :
Mineral Batuan
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat dijumpai dalam beberapa kemungkinan memiliki bidang rata sebagai perwujudan bentuk di dalamnya yang disebut kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
Salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfer ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan melakukan analisa secara kimiawi, dan yang kedua yang paling umum dilakukan adalah dengan cara mengenal sifat-sifat fisiknya. Yang dimaksud dengan sifat fisik disini adalah (a) bentuk kristalnya, (b) berat jenis, (c) bidang belah, (d) warna, (e) goresan, (f) kilap, dan (g) kekerasan.
Kelompok Mineral
Mineral Silikat, Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Mineral Oksida, Mineral oksida merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O). Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium.
Mineral Sulfida, Mineral Sulfida merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di alam dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah besar dapat menjadi bahan galian ekonomis yang layak ditambang. Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya. Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.
Mineral Sulfat, Mineral sulfat adalah salah satu dari grup mineral non silikat dan memiliki kation sulfur yang berikatan dengan 4 anion oksigen membentuk (SO42-). Mineral sulfat jenisnya ada lebih dari 200 jenis dan merupakan mineral yang langka. Beberapa mineral yang sering ditemukan yaitu Anhydrite (CaSO4), Barite (BaSO4), Celestite (SrSO4), dan Gypsum (CaSO4.2H20). Perbedaan yang membedakan satu mineral dan mineral lainnya terletak pada lingkungan pembentukannya. Kegunaan mineral sulfat antara lain, mineral Anhydrite diperlukan untuk menghasilkan asam sulfat, dengan kandungan belerangnya, serta salah satu bahan baku kertas dan batu hias karena kenampakannya yang indah.
Mineral Fosfat, Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis. Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki kilap kaca atau lemak. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(P4)6F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. Fosfat komersial dari mineral apatit adalah kalsium fluor-fosfor dan klor-fosfat dan sebagian kecil wavellite (fosfat aluminium hidros). Sifat yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam.
Mineral Karbonat, Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2- , dan disebut karbonat. Seumpama persenyawaan Ca dinamakan kalsium karbonat CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Merupakan mineral utama pembentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah karst yang membentuk gua , stalaktit dan stalagmit. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat dan borat. Karbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut. Beberapa contoh mineral yang termasuk dalam kelompok karbonat adalah dolomite (CaMg(CO3)2 , calcite (CaCO3) dan magnesite (MgCO3).
Mineral Halida, Kelompok mineral ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen elektronegatif seperti : F- , Cl- , Br- dan I- . Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah ( < 5 ). Contoh mineralnya adalah Fluorit (CaF2) , Halit (NaCl) , Silvit (KCl) , dan Kriolit (Na3AlF6). Halida adalah kelompok mineral yang memiliki anion dasar halogen. Halogen adalah kelompok khusus dari unsur-unsur yang biasanya memiliki muatan negatif ketika tergabung dalam satu ikatan kimia. Halogen yang biasanya ditemukan di alam adalah Fluorine, Chlorine, Iodine dan Bromine. Halida cenderung memiliki struktur yang rapid an simetri yang baik. Hanya ada beberapa mineral halida secara umum. Mineral halida memiliki ciri khas lembut, terkadang transparan, umumnya tidak terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan sering memiliki warna-warna cerah.
Element Native, Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Sistem kristal pada native element dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak, dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semi logam, seperti arsen dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Apabila unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphit sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6. Sulfur (S), Intan (C), Grafit (C).
2.2 Genesa Batuan : Siklus Batuan
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca sehingga menjadi batuan beku, lalu sedimen, batuan sedimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali
Awal dari siklus batuan adalah magma mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk batuan beku pada siklus ini. Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, maka batuan dapat melebur menjadi magma. Siklus selanjutnya, batuan beku mengalami pelapukan. tererosi, terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak larut, diendapkan, sedimentasi membentuk batuan sedimen. Ada pula yang langsung mengalami perubahan bentuk menjadi metamorf saat siklus berlangsung. Batuan sedimen yang telah terbentuk dapat mengalami perubahan baik secara kontak, dinamo dan hidrotermal akan mengalami perubahan bentuk dan menjadi metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi menjadi magma lewat proses magmatisme.
2.3 Batuan Beku
Batuan adalah agregat padat yang terdiri dari mineral-mineral, gelas, ubahan material organik atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut yang terjadi secara alamiah
Berdasarkan proses terjadinya batuan dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Batuan beku (Igneous rock)
2. Batuan sedimen (Sedimentary rock)
3. Batuan metamorf/malihan (Metamorphic rock)
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair maupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Magma
Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada di dalam Litosfer, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung di dalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer di bawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfer hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi.Dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada di dalam litosfer dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku di tempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan itu akan membeku pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya.
Dalam gambar di bawah ini diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotit. Disebelah kanannya kelompok mineral feldspar, akan diawali dengan jenis feldspar calcium (Ca-Feldspar) dan diikuti oleh feldspar kalium (K-Feldspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hablur-hablur padat dikelilingi Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua) lempeng litosfer, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfer tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfer.
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang awalnya homogen dapat berubah komposisinya menjadi heterogen karena pengaruh dari lingkungan magma tersebut. Perubahan komposisi magma atau biasa disebut dengan evolusi magma akan mempengaruhi produk dari pembekuan magma itu sendiri, yaitu jenis batuan beku. Evolusi magma terdiri dari :
Hibridisasi, pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis.
Sintesis, pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping.
Anateksis, proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang sangat besar
Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioklas dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioklas. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming Minerals). Tahap-tahap diferensiasi magma :
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses difusi tidak selektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses difusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan sirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoir.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan Potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium, Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya reservoir magma yang terletak di sebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma akan berubah menjadi komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan Kalsium, Magnesium dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi Gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses diferensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah dalam membeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
7. Fragsinasi, Proses pemisahan Kristal-kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal-kristal mengubah perkembang. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok dan tiba-tiba.
8. Liquid Immiscibility, Adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membelah membentuk bahan yang heterogen.
Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. oleh lelehan.
Deret BOWEN
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh N.L.Bowen (kanada) disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Dari deret Bowen tersebut dapat dilihat bahwa pada bagian kiri terdapat mineral-mineral yang berwarna gelap atau Mafic (Mafic: Magnesium Ferric) sedangkan pada bagian kanan terdapat mineral-mineral yang berwarna terang atau Felsik (Felsik: Feldspar, Silika).
Deret Bowen dibagi menjadi dua reaksi yaitu kontinyu dan diskontinyu.
Deret Continuous, deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioklas. Dimulai dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 12000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk.
Deret Discontinuous Pada deret ini mewakili formasi mineral ferromagnesium silikat dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 14000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 7000C Biotit mulai terbentuk.
Dari Deret Bowen ini dikenal dua kelompok mineral utama pembentuk batuan, yaitu:
1. Mineral mafic, mineral-mineral utama pembentuk batuan yang berwarna gelap, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu Magnesium dan Ferrum (Mafic=Magnesium Ferric). Yang termasuk mineral ini adalah: olivin, piroksen, amfibol, dan biotit.
2. Mineral felsic, mineral-mineral utama pembentuk batuan beku yang berwarna terang, hal ini disebabkan oleh kandungan kimianya, yaitu feldspar + lenad (mineral-mineral feldspatoid) + silika. Yang termasuk mineral ini adalah: plagioklas, kalium feldspar (potassium feldspar), muskovit dan kuarsa.
Klasifikasi Batuan Beku : Genetik
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan disekitarnya.
Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
Klasifikasi Batuan Beku : Kandungan Silika
Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit, Andesit
Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%
Klasifikasi Batuan Beku : Indeks Warna
Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
2.4 Deskripsi Batuan Beku
Warna, Warna dibagi menjadi dua, yaitu warna lapuk dan segar.
Indeks Warna, perbandingan komposisi mineral mafic dan felsic.
Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%
Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
Tekstur
A. Derajat Kristalisasi/Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka yang terbentuk adalah tekstur gelas (non mineral)
Dalam pembentukannya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
B. Granularitas/Besar Butir
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik, Suatu batuan dikatakan memiliki tekstur fanerik jika kristalnya dapat dilihat jelas dengan mata biasa. Kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Porfiritik, Kristal-kristal yang lebih besar(fenokris) tertanam dalam massa dasar(groundmass) kristal yang lebih halus. Jika massa dasar berukuran fanerik disebut faneroporfiritik, namun jika massa dasar berukuran afanitik disebut porfiroafanitik.
C. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, bentuk kristal sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang kristal yang ideal(jelas,tegas, dan teratur).
Subhedral, bentuk kristal kurang sempurna sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, bentuk kristal tidak beraturan sama sekali, sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
D. Keseragaman butir/Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrix yang bisa berupa mineral atau gelas. Oleh karena kristalnya tidak sama besar maka terdapat tekstur khusus.
Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat ditinjau di lapangan saja, misalnya:
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan(hand speciment sample), yaitu:
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Xenolith, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Komposisi Mineral
Komposisi mineral adalah kandungan mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah yang melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kuarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Penamaan Batuan
Penamaan batuan dilakukan berdasarkan karakteristik batuan.
MindMap Ilmu Petrologi
Untuk memudahkan kamu mempelajari ilmu Petrologi secara keseluruhan terutama kamu yang ingin menghadapi ujian komprehensif, saya telah membuat sebuah mindmap yang menyajikan pokok-pokok bahasan yang telah saya tulis dalam artikel ini secara lebih mendalam dengan teori-teori dan materi yang sering kali ditanyakan. Kamu bisa mengunduh mindmap tersebut dengan mengklik link di bawah ini.
Download Mindmap Ilmu Petrologi
Semoga mindmap ini bermanfaat bagi kamu. 😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar